Di lain sisi, Raka yang baru saja kembali dari halaman belakang stadion sehabis mengantar keluarganya pulang mendapat berita tentang apa yang sedang terjadi pun langsung berlari menuju stadion.
Dia berlari dengan beberapa kali mendial nomor teman-temannya, terlihat hanya ada 2 missed call dari Kehan 15 menit yang lalu membuatnya beranggapan yang tidak-tidak sudah terjadi kepada teman-temannya karena saat ini tidak ada satupun yang mengangkat telpon dari nya.
Raka terus berlari sambil sesekali berhenti untuk menanyakan dimana para supporter berkumpul untuk berlindung pada para staff. Tidak ada dari mereka yang tau karena sedang fokus menutup beberapa akses dan menelpon polisi.
Keadaan sudah sangat ricuh, terdengar seperti gemuruh di luar stadion. Asap dari benda berbahan karet sudah tercium, Raka bisa tau ini asap ban yang dibakar.
Raka terus berlari melewati lorong, memasuki lorong, keluar dan masuk lorong lagi hingga sampailah dia pada sekumpulan manusia yang sedang terduduk lemas saling berpelukan menguatkan satu sama lain.
Matanya tertuju pada punggung kecil yang sedang berdiri membelakanginya "Kara!" Teriak Raka dari belakang, sang pemilik nama lalu menoleh membalikkan tubuh, dia terkejut seketika saat menerima beban berat, tegap, berotot dan wangi masculin menimpa tubuhnya.
"Ohh~ thank goodness" Bisiknya lega, Deka hanya terdiam membeku, kejadiannya terlalu cepat untuk dirinya cerna. Saat dia mulai mengangkat tangannya untuk membalas pelukan itu malah mengendur, "You guys Okay ?" Tanya Raka kepada temannya yang lain, dua dari mereka mengiyakan dan sisanya.. "Hei, kita juga butuh pelukan tau. Aku kan juga panik" Sahut Kehan, "Apa kau punya alter ego ?" Tanya Bita yang kebingungan karena perubahan Kehan dari yang tadinya gagah menjadi bocah.
"Hei! laki-laki kan juga ingin di sayang" Bela Kehan, "Tadi kan kau ku peluk" Sahut Bita, "Aku yang memelukmu, dan lagi yang aku mau pelukan sayang dan khawatir, kau kan memelukku karena takut" Sahut Kehan, "Berarti kau memelukku karena sayang dan khawatir?" Tanya Bita
"Iy-" Ucapannya terpotong karena tersadar dari kesalahannya.
'Skakmat' Batin Deka tertawa geli melihat interaksi kedua orang ini.
"Tidak tuh, tadikan situasinya hectic, kau kan wanita jadi harus dilindungi, kau juga jauh dari orang tua mu, jadi Aku bertanggung jawab untuk melindungimu dan Kara. Kami bertiga tepatnya" Lanjutnya.
Deka dan Bita memutar matanya malas mendengar alasan Kehan, Deka yang menyadari itu alasan classic dan Bita yang iyaiya saja karena dia bodoh.
"Sudah sudah, kalian tidak apa itu yang terpenting. Karena situasinya sudah begini aku akan meminta orang tuaku untuk mengirim helicopter nya, mungkin akan tiba beberapa menit jadi kalian ikut aku saja sekarang tapi sebelumnya aku harus minta izin coach untuk pulang lebih dulu" Jelas Raka lalu meminta mereka untuk menunggunya di halaman belakang stadion yang cukup luas untuk dijadikan helipad.
Mereka berpisah sebentar karena Raka harus mengambil barang-barangnya dan meminta izin coach nya untuk pulang. Mereka berempat pun berjalan mengikuti arahan Raka untuk sampai di halaman belakang stadion.
Selama perjalanan mereka mencoba menenangkan diri dengan mulai membahas liburan mereka besok. Bita dan Kehan yang paling semangat untuk hal ini, sementara Deka hanya menyimak saja obrolan mereka berdua.
Tapi hanya Angga yang terlihat diam, hanya menyahuti seperlunya dan tersenyum ramah lalu diam lagi. Mereka bertiga tak ambil pusing karena bagi mereka Angga memang normal, sama seperti Deka.
'I didn't get any hugs. Tapi sepertinya aku tidak akan membasuh tanganku beberapa hari kedepan' Batinnya, diapun tersenyum berusaha menghibur hatinya dengan itu. Dia berkesempatan untuk menyelamatkan dan menggenggam lengan orang yang dia sukai saja sudah cukup. Baginya cukup.

KAMU SEDANG MEMBACA
Leal
عاطفيةMalam yang sunyi itu menjadi saksi pertengkaran antara Deka dan Raka sekaligus menjadi saksi perpisahan mereka. Sebuah kisah dimana salah satu dari mereka berdoa pada sang malam untuk dapat mengulang takdir, agar semua yang harusnya menjadi masa dep...