Kale

1.1K 134 4
                                    

____________________
Pemuda dengan leather jacket itu menenteng tas di bahu sambil berjalan bersama teman-temannya. Saling lempar canda yang berujung makian adalah sesuatu yang wajar terdengar. Setelah saling melempar sapa sebelum berpisah, tatapan pemuda itu jatuh pada seorang remaja yang terlihat menoleh kesana-kemari.

"Tanya enggak, tanya enggak, tanya enggak?" Gumamnya menimbang. Remaja itu kelihatan lagi nyari sesuatu, nggak peduli ada beberapa pasang mata yang menatap penasaran padanya. Sebab kalo diperhatikan dari atas sampai bawah, jelas remaja itu berseragam SMA.

Udah kayak anak ilang yang kepisah sama rombongan studi banding.

"Sorry kalo boleh tau lagi nyari fakultas apa?" Tanya si pemuda akhirnya. Kasian aja, mungkin remaja ini udah keliling kampusnya yang nggak kecil buat nyari, entah apa itu.

Remaja dengan hoodie biru pekat itu menoleh, menatap kaget si pemuda. "Oh? Ini FEB bukan? Apa gue nyasar ya? Soalnya disini udah sesuai sama lokasi," balasnya lugas. Tadi dia emang berencana buat nanya, tapi belum ketemu sama yang kelihatannya cukup meyakinkan.

"Ini teknik, FEB ada di belakang gedung ini. Mungkin tadi yang ngirim ada di sekitar sini," jawab pemuda melihat ponsel lawan bicaranya menampilkan peta lokasi.

Si remaja mendengus pelan. "Kebiasaan. Jalan ini biasa dilewatin anak FEB nggak ya?" Tanyanya lagi, membuat pemuda itu mengulas senyum ragu.

"Yaaa tergantung orangnya sih. Kalo mau nunggu mending di lobby fakultas aja. Udah pasti yang abis kelas lewat situ," ujar si pemuda memberi saran. Lorong ini memang jadi penghubung antara FT dan FEB yang saling membelakangi. Sebab bukan jalan umum, jadi nggak banyak yang lewat sini. Soalnya masing-masing fakultas punya parkiran.

"Kelas jam segini keluar jam berapa ya kira-kira?"

Pemuda itu mengangguk. "Harusnya udah kelar. Nggak ditelfon aja?"

Remaja dengan senyum lucu itu menjawab, "Udah tapi nggak aktif, gue kesana aja deh. Ngomong-ngomong thank you informasinya, Bang?" Ucapnya menggantung sebab nggak tau nama pemuda di depannya itu.

"Jan---"

"---Kale!" Pekikan seorang perempuan dari arah berlawanan membuat kedua laki-laki itu menoleh serempak.

"Lo tuh ya! Kalo share-loc tungguin sampe akurat dulu kan bisa! Ngerepotin orang aja. Gue kayak orang ilang tau nggak!" omel Kale begitu kakaknya sudah ada di dekatnya.

Yang diomelin cuma meringis tipis. "Hehe ya sorry, tadi baterai hape gue udah limit jadi seadanya," balasnya beralasan, mengangkat ponselnya yang mati total. Papinya pulang masih nanti sore, sedangkan kakaknya udah nggak di rumah. Dan Kanina cuma kepikiran Kale yang lagi ekskul.

"Kenapa nggak bareng Mbak Erin?" Tanya Kale menyelidik. Sejak mobilnya di bengkel beberapa waktu lalu, kakaknya itu nggak pernah minta dijemput, kalo nggak bareng Erina ya pake ojek online.

"Kencan," jawab Kanina singkat. Dia melengos sebab menangkap sosok lain yang lagi bareng Kale itu menatap lekat ke arahnya.

Kale manggut-manggut paham. "Oh iya lupa kepotong. Gue Kale."

"Januar," balas Januar menjabat tangan Kale. Kanina mengalihkan pandangannya ke segala arah.

"Thanks sekali lagi Bang Januar. Kita duluan," ucap Kale begitu melepas jabat tangannya dengan Januar. Meninggalkan Januar yang menatap punggung sepasang saudara yang kelihatan lagi adu mulut.

 Meninggalkan Januar yang menatap punggung sepasang saudara yang kelihatan lagi adu mulut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
the dearest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang