perpustakaan

907 130 4
                                    

_______________
Ruangan lantai tiga itu nggak terlalu ramai jadi Januar langsung menempatkan diri di meja baca paling pojok. Tempat duduk favoritnya kalo lagi pengen ngerjain tugas di perpustakaan. Nggak terlalu banyak orang berlalu-lalang soalnya jaringan Wi-Fi disini lemah. Kali ini dia mau ngerjain tugas untuk mata kuliah yang baru saja diikuti, tugas review buku yang harus dilakukan secara individu. Niatnya mau dikerjain di rumah tapi Haikal ngotot ngajak bareng sekalian mau nyari buku. Disinilah Januar, sedangkan bahkan batang hidung Haikal belum kelihatan sejak lima belas menit lalu dia disini.

 Disinilah Januar, sedangkan bahkan batang hidung Haikal belum kelihatan sejak lima belas menit lalu dia disini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woi!!"

"Lo ngikutin gue?" Januar melirik sinis Samudra yang merusak kekhidmatannya melamun.

Samudra menendang kaki kursi Januar. "Bangke pede banget!!"

"Suka-suka elu deh," balas Januar membuka bukunya asal. Membiarkan Samudra melakukan apapun yang dia mau.

"Nungguin sape lu?" Tanyanya sebab Januar itu jarang ke perpus selain pinjem buku.

"Bopung," jawaban Januar bikin Samudra ketawa. Nama itu bermula dari Haikal yang kalah main PS dan dapet hukuman ngasih lihat foto masa kecilnya. Jadilah mereka memberi Haikal julukan 'bopung' alias bocah kampung, karena Haikal kelihatan kucel dan dekil banget.

Samudra membalas pesan dari pacarnya yang bilang udah keluar kelas lagi nunggu Kanina. Lalu diliriknya Januar yang ternyata sedang menatap buku yang terbuka itu dengan pandangan menerawang.

"Lo masih nice try sama bestienya Jia?" Tanya Samudra mengantongi ponselnya.

" . . ."

Menarik sebelah bibirnya, Samudra menatap remeh Januar yang nggak berkutik. "Lo nggak menerapkan ide gue sih," ujar Samudra menyayangkan. Dia udah sering ngasih Januar tips buat mendekati Kanina berdasarkan fakta yang dia dapatkan dari Jia. Tapi emang anaknya aja yang keras kepala.

"Ide lo nggak ada yang bener bangsat!" Balas Januar gantian menendang kaki kursi yang diduduki Samudra. Ini orang kalo ngasih ide seringnya nggak masuk akal.

"Mana ada!!! Gue cuma bilang, ajak temenan dulu deketin pelan-pelan. Bukannya langsung melototin cowok-cowok yang coba deket sama dia. Dia jelas takut dan makin nggak nyaman sama eksistensi lo. Coba lihat di base, siapa yang nggak tau kalo lo ngincer Kanina? Nggak ada. Dan itu nyeremin buat dia karena jatohnya lo agresif. Belum apa-apa tapi udah ngasih teritori," jelas Samudra panjang lebar.

" . . ."

Melihat Januar yang masih terdiam, Samudra melanjutkan khotbahnya. "Kalo lo menunjukkan perasaan dengan tiba-tiba, ketika kalian bahkan belum saling kenal deket, itu jelas aneh banget. Tapi kalo temenan? Semua orang juga tahu Kanina itu super ramah dan friendly," lanjut Samudra dengan petuah bijaknya.

"Tapi gue emang nggak mau cuma temenan sama dia. Gue nggak mau munafik," balas Januar mengetuk-ngetukkan pulpennya.

Samudra menarik napas dalam. "Gini nih kalo nggak pernah ngejar cewek," cibir Samudra sinis. Ternyata terbiasa di kejar jadi bikin Januar nggak tau caranya mendekati perempuan. "Nggak semua orang percaya sama love at first sight dan mungkin dia salah satunya. Kalo emang mau deketin, minimal lo harus mengenal dulu dengan lebih proper. Gue tanya sekarang, sejak awal lo pernah nggak kenalan sama dia?"

the dearest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang