move on

593 54 2
                                    

Chingkku annyeong hehe👋😁
________________
Salah satu kamar hotel yang jadi tempat Jenaya menginap sejak kemarin, pagi ini terlihat ramai sebab menjadi ruangan untuk make up. Terdapat seorang perempuan yang tengah dirias oleh beberapa orang. Lalu nggak jauh dari situ ada Jenaya yang tengah memoleskan pemerah pipi. Dan satunya lagi sedang mengaduk-aduk tasnya mencari sesuatu.

"Lo harusnya sungkem dulu Rhe sama Kak Jena," celetuk seorang perempuan yang duduk di sebelah kiri Rhea hendak memakai lensa kontak masih dengan roller di rambut depannya.

Jenaya yang ada di sebelah kanan Rhea melirik sinis melalui cermin. "Padahal gue udah diem aja," sahutnya malas.

"Kenapa gitu Al?" Tanya Rhea terkekeh geli, meladeni hobi temannya untuk memulai keributan. Dua orang di inilah yang menemaninya sejak semalam.

Perempuan yang dipanggil 'Al' itu mengedipkan mata berkali-kali memastikan lensa kontaknya nggak bakal geser. "Lo udah melangkahi dia dengan nikah duluan," jawabnya balas menatap Jenaya dengan senyum menyebalkan.

Rhea tergelak tanpa sungkan membuat MUA menjauhkan brush dari wajah sang calon pengantin. "Ahahaha gue udah menawarkan pelangkah tapi ditolak," sahutnya tetep ikut menimpali dengan jahil. Gimana ya, kisah cinta bukan lagi rahasia diantara mereka. 

Berbeda dengan Jenaya yang punya banyak mantan, dua lainnya cenderung punya kisah cinta yang mulus. Hanya satu dua mantan pacar di masa remaja, lalu beberapa tahun terakhir keduanya kompak hanya punya satu laki-laki meski putus nyambung. Untungnya Rhea dan Jericho berakhir di pelaminan.

"Hadeh gue cuma jomblo dan kalian membuat seolah itu sangat mengenaskan?" Ucapan Jenaya membuat yang lain tergelak sampai kemudian salah satunya menyahut.

Alisa yang sedang mengurai rambut hasil roller-nya itu menghentikan tawanya dan menoleh dengan mata meneliti ke arah Jenaya. "Eh tapi ngomong-ngomong lo nggak kelihatan segalau itu? Ya nggak sih Rhe?" Ucapnya meminta pembenaran dari Rhea.

Jenaya yang mereka kenal itu mudah jatuh cinta tapi juga mudah ilfeel, jadi mudah untuk move on. Namun masalahnya alasan hubungan terakhir Jenaya selesai adalah yang paling rumit, mereka pikir Jenaya akan sangat terpukul. Tapi hari berganti bulan Jenaya nggak pernah membahas ini dengan mereka.

Pertanyaan Alisa bukan hanya membuat Jenaya terkesiap, tapi juga Rhea. Sejenak dia teringat hari dimana dia merasa jahat karena beberapa hari sebelum pertunangannya dengan Jericho, Jenaya justru putus dengan pacarnya. Lebih dari satu tahun lalu. "Bener juga. You okay?" balas Rhea mengerutkan keningnya heran sekaligus cemas.

Namun Jenaya tetap bergeming, gadis itu menatap lurus ke depan dengan seulas senyum tipis. Meski belum sepenuhnya lupa, tapi sebuah pencapaian besar karena Jenaya nggak sering teringat dan meratap. Perhatiannya teralihkan karena dia benar-benar sibuk dan punya hal lain yang dipikirkan akhir-akhir ini.

"Temennya cepet move on itu didukung bukannya dicurigai. Aneh lo pada," sahut Jenaya dengan tenang menyapukan brush-nya di kelopak mata.

"Itu karena lo putus dari orang yang sangat amat sesuai dengan kriteria lo. Terus nggak lama lo bilang dia mau nikah dan lo bilang mau dateng. Tapi abis itu lo nggak pernah cerita apa-apa lagi," balas Alisa. Lalu keduanya saling berbagi tatapan melalui cermin. Mata Alisa terlihat memaksa Jenaya untuk jujur tapi juga ada resah berpendar disana.

Rhea bertukar pikir lewat tatap dengan Alisa yang berdiri menumpukan pinggulnya di meja rias menghadap Rhea dan menatap Jenaya intens. Gadis itu masih nggak bersuara, hanya menatap pantulan dirinya di cermin dengan pandangan menerawang.

"Jangan salah sangka dulu. Gue seneng kalo lo udah bisa move on, terlepas apapun alasannya. Gue cuma nggak mau lo ngerasa sendiri dan jadiin semua kesibukan lo yang nggak masuk akal ini bagian dari coping mechanism. Lo punya kita buat berbagi Kak. Kita khawatir sama lo," ungkap Rhea menumpukan tangan di atas punggung tangan Jenaya.

the dearest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang