insiden

925 118 5
                                    

_________________

Setelah menyelesaikan urusan bersih-bersih, Januar menenteng tasnya untuk segera pulang setelah membakar lemak hampir dua jam di tempat gym. Tujuannya sekarang adalah supermarket tempatnya dan Rendika janjian buat belanja bulanan.

Langkah panjangnya terhenti oleh seorang wanita yang terlihat panik di ambang pintu sebuah ruangan. Seseorang yang Januar nggak sadar jalan di belakangnya juga ikut berhenti.

Melihat ada orang lewat, perempuan itu menghadang minta bantuan. "Mas! Tolong panggilin siapapun, tolong ada yang pingsan," serunya panik.

"Kenapa?"

"Mana?"

Perempuan dengan outfit olahraga itu menatap kesal lelaki yang tanya kenapa tapi masih diem ditempat. "Orangnya pingsan di dalem," lanjutnya mengikuti seseorang yang ternyata udah menerobos masuk.

"Kanina!!"

"Kamu kenal?!" Serunya kaget sekaligus lega. Apalagi waktu pemuda itu langsung mengangkat kepala Kanina dan meletakkannya di pangkuan.

"Udah hubungi keluarga? Atau temennya?" Tanya Januar sambil memegang kening dan leher Kanina yang panas. Lalu beralih pada tangan kecil Kanina yang justru terasa dingin dan berkeringat.

"Saya nggak punya," jawab perempuan itu menyesal. Dia kenal Kanina di gym ini sebelum akhirnya jadi personal trainer, nggak kepikiran akan adanya kejadian semacam ini.

Tadi Kanina udah bilang kalo lagi nggak fit tapi cuma pilek sama pusing dikit dan sebagai personal trainer dia udah menyarankan agar ditunda aja latihannya. Namun Kanina dan keras kepalanya kalo udah berkaitan sama jadwal rutinnya beneran bebal dikasih tau.

"Hapenya mana?" Tanya Januar sambil melepaskan tas. Selanjutnya pemuda itu menutup tubuh bagian atas Kanina dengan kemejanya.

"Ini, tapi dikunci," jawab si personal trainer menyerahkan ponsel Kanina lalu menggigiti ujung jarinya gugup. Beberapa orang mulai berdatangan, termasuk satpam dan pengunjung yang lain. Kayaknya teriakannya tadi cukup menarik perhatian.

" . . ." Januar nggak bereaksi apapun, diterimanya ponsel dengan case gambar kucing itu lalu ia mengambil jempol kanan Kanina untuk ditempelkan pada finger print.

".....oh iya, nggak kepikiran," gumam si personal trainer melongo. Ya dia udah panik duluan, nggak kepikiran kalo ada teknologi bernama finger print. Namun ternyata percobaan pertama gagal, beralih pada jari telunjuk dan berhasil.

the dearest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang