J's family

922 130 16
                                    

Mari kita spill keluarganya Januar 😌

____________
Semburat temaram senja dari celah gorden kamar adalah apa yang Januar lihat ketika membuka mata. Dia tadi siang langsung tidur begitu sampai rumah. Berkedip-kedip untuk menyesuaikan diri, Januar merasa rumahnya terlalu sepi. Melirik sekitar, Januar menemukan jam menunjukkan pukul setengah lima lebih. Lama juga dia tertidur.

Pemuda yang masih menggunakan kemeja itu berjalan menuju kamar mandi setelah menyambar handuk dari lemari. Nggak lama kemudian Januar keluar dengan handuk setengah badan. Lupa nggak bawa baju ganti. Setelah menemukan kaos dan celana panjang yang dia mau, Januar langsung ganti baju.

(Argapura Januar; Januar/Mas Janu anak kedua yang menurunkan 80% gen ayahnya, Bunda kebagian matanya doang)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Argapura Januar; Januar/Mas Janu anak kedua yang menurunkan 80% gen ayahnya, Bunda kebagian matanya doang)

Niatnya mau ke bawah, agak curiga karena udah sesore ini tapi rumahnya masih sepi. Sejak dia lebih sering tinggal di The Bujangs, kakaknya nikah dan tinggal di apartemen, rumah ini jadi kerasa banget sepinya. Januar denger suara dari dapur, mungkin Budhe Mar batinnya. Januar laper tapi kayaknya nanggung, bentar lagi makan malam. Akhirnya dia memutuskan duduk di ruang tengah, nyalain TV nunggu yang lain pulang.

Bener aja, nggak lama kemudian keheningan yang ganjil di rumah Darmawan itu terdistraksi oleh suara melengking si pembuat onar.

"Assalamualaikum!! Mamaaaaaa," teriak seorang remaja yang menyeret tas, kemeja seragam yang udah nggak dikancing, mukanya kucel banget.

"Lo nonis," sahut Januar tanpa menoleh. Udah hafal sama kelakuan adeknya.

Si adek duduk di sebelah Januar sambil terkekeh nyaring. "Oh iya, lupa. Temen gue banyakan muslim soalnya," balasnya.

"Bunda belum pulang," ucap Januar mengingat pesan masuk dari ibunya tadi.

Siswa kelas dua di salah satu SMA itu manggut-manggut mulai lepas tas, sepatu dan kemejanya. "Ngomong-ngomong ngapain lo di sini?" Tanyanya pada Januar.

Pertanyaan adeknya bikin Januar memutar matanya jengah. "Ini rumah gue juga kalo lo lupa," jawab Januar.

Si adek kelihatan nggak peduli sama jawaban kakaknya. Emang iseng aja. "Mas ambilin minum tolong," pintanya sembari menyandarkan punggungnya di sofa. Capek banget abis tanding basket sama anak kelas sebelah. Lalu kakinya terangkat di atas meja, udah kayak tuan tanah aja.

"Kaki lo masih lengkap. Mau dipatahin yang sebelah mana?" Januar menendang kaki adeknya biar turun. Nggak sopan betul.

"Gue tuh capeeekkk," keluh si adek menjejak-jejakkan kakinya di udara.

Januar mendengus geli. "Lebay, lo cuma sekolah sama ngabisin duit bukan nyangkul," ujarnya mendorong kepala si adek dengan remote TV.

Melirik kakaknya yang udah kelihatan rapi dan seger, si adek menyeringai. "Gue abis olahraga nih!! Nggak liat lo?!" Serunya menempelkan wajahnya ke lengan kaos Januar.

the dearest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang