Special ramadhan part 4 (end)
___________________
"Barang lo ini aja?" Tanya Jia memastikan barang bawaan Naren yang cuma satu tas ransel. Mereka juga mau mudik biar kayak orang-orang. Berhubung Jia paham kalo Naren pasti susah bangun pagi di hari libur jadilah Jia minta tolong dianter Samudra yang juga mau balik Bandung tapi bawa kendaraan sendiri."Yaelah Bandung doang," jawab Naren santai. Mereka udah balik dua minggu sekali walaupun cuma sehari jadi jelas nggak banyak barang yang akan dibawa. Lagipula libur lebaran kali ini nggak terlalu lama.
Jia manggut-manggut sambil meletakkan barang-barang mereka di kursi belakang. "Nah sekarang siapa yang nyetir duluan?" Tanya Jia tapi dengan ekspresi senyum lebar yang terlihat dipaksakan itu bikin Naren memutar matanya jengah. Jelas itu bukan menawarkan tapi mengharapkan dia peka.
"Gue aja, lo duduk manis tau-tau sampe," jawab Naren malas. Jia terkekeh dan menepuk kencang bahu Naren bangga sebab cukup peka.
Naren menutup pintu belakang sedangkan Jia mengecek isi tas tangannya ketika ada sebuah suara menginterupsi.
"Permisi, Bang Haikal ada nggak ya?" Tanya seorang gadis remaja dengan rambut dikepang cantik. Nggak lupa senyum ramah nan manis tersemat di bibirnya.
Dunia Naren seketika membeku. "Siapa?" Tanya Naren balik. Cuma itu yang ada di kepalanya.
"Adeknya Bang Haikal," jawab si gadis.
Jia yang ada di dekat si gadis balas tersenyum. "Ada kok, tadi kayaknya lagi makan. Masuk aja," balas Jia mempersilahkan remaja itu untuk masuk.
Masih dengan senyum lucunya, gadis itu mengangguk. "Permisi kakak-kakak," pamitnya melewati sepasang kembar.
"Bengong lu!!" Sentak Jia pada Naren yang matanya nggak lepas dari adeknya Haikal bahkan sampe punggung kecil itu menghilang di balik pintu.
Naren nggak sadar kalo ternyata sejak tadi dia bengong. "Gue nggak tau si bopung punya adek bening begitu," ucapnya setelah mengumpulkan kesadaran.
"Erina pernah cerita sih tapi ternyata jauh lebih cantik aslinya," balas Jia sambil masuk mobil. Erina pernah bilang kalo Haikal punya adek cewek satu tahun di bawah mereka.
Naren memutar menuju pintu kemudi dengan senyum tipis menghiasi wajah. "Menurut lo Mama seneng nggak punya mantu kayak gitu?" Tanya Naren begitu duduk dan mengenakan seatbelt.
Jia memutar matanya lalu melirik malas adek kembarnya. "Menurut gue lo perlu mempertimbangkan banyak hal kalo mau iparan sama Haikal," balasnya mengingatkan. Bukan apa-apa, Haikal itu mood booster banget tapi kadang juga jahilnya nggak ketulungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
the dearest
FanfictionKumpulan cerita slice of life dengan face-claim kapal-kapal juga idol-family dan sibling kesayangan aku, tapi mereka semua masih satu universe dan akan saling terhubung. Ceritanya ringan dan aman hehe . . . . . . . . Disclaimer!! Sejuta persen fiksi...