________________
Parkiran dekat perpustakaan itu udah sepi hanya tersisa beberapa kendaraan yang tertinggal sebab waktu sudah menunjukkan pukul enam lebih tigapuluh menit. Seorang remaja dengan topi hitam terlihat berjongkok menendang-nendang ban motornya."Tumben banget nih motor mogok," ucap seseorang dengan menepuk jok motor yang sedikit lembab karena air hujan. Tadi Elio sedang mengerjakan tugas saat Elanna memintanya ke parkiran perpustakaan karena motornya bermasalah.
"Bukan mogok, bannya kempes," sahut Elanna merenggangkan ototnya. Berangkat masih baik-baik aja nih motor tapi tadi baru digas udah kerasa meleyot dan waktu diperiksa ternyata ban belakangnya kempes.
Elio manggut-manggut ringan. "Tapi ini juga bannya udah alus sih. Ganti kek," ujarnya menekan jok dan ban belakang beneran udah nggak ada isinya.
Elanna melipat kedua tangannya di depan dada. "Harusnya sebulan lalu, tapi lupa," balasnya mengangkat bahu ringan.
"Sibuk ngegalau sih," cibir Elio menarik ke atas lengan hoodie-nya, menggeser tubuh Elanna yang mematung, malas menanggapi. Namun meski mulutnya diam, kepala Elanna rasanya berisik. Bahkan sejak beberapa bulan lalu, Elanna jadi sering bengong dan terlihat melamun.
" . . ."
"Gue panggil Bang Jaka biar dibawa ke bengkel," putus Elio akhirnya. Mau dipaksa jalan sayang onderdil yang lain. Karena mereka nggak tau bengkel terdekat masih buka atau enggak, jadilah Elio memanggil tukang bengkel langganannya.
Elanna menatap adek kembarnya nggak setuju. "Dan menurut lo, gue tega ninggalin disini?" Tanyanya retoris sebab Elio udah tau pasti jawabannya. Elanna nggak bakal rela motor kesayangannya ditelantarkan tanpa pengawasan.
Pemuda itu merogoh sakunya menyerahkan sebuah kunci dan helm Elanna di telapak tangan. "Lo ambil mobil di parkiran UKM, gue yang bawa ke pos satpam. Nggak usah rewel," ucap Elio mendorong punggung Elanna beberapa langkah.
"Tapi El," cegah Elanna balik badan karena ingat sesuatu. Ternyata Elio udah menyalakan mesin motor siap menuntunnya.
Menarik napas panjang, Elio menghentikan kegiatannya. "Apa lagi..."
"Bukannya lo mau balik sama Winna?"
Seketika itu Elio kembali menyetandarkan motor Elanna dan berseru panik. "Anjir! Gue lupa!!" Melupakan fakta kalo dia masih di kampus karena emang nungguin Winna yang lagi ada acara jurusan, sekalian ngerjain tugas.
"Telfon," suruh Elanna yang membuka ponselnya dan Winna nggak ada mengirimnya pesan terbaru. Tanpa diminta Elio langsung menghubungi nomor Winna tapi nihil, nggak aktif.
"Mati."
"Kalian janjian dimana?" Tanya Elanna udah mau menyerahkan kunci mobil pada Elio.
Elio sedang berpikir cepat karena udah nggak ada Bumi. Jarak dari tempat mereka sekarang menuju pos satpam terdekat lumayan jauh ditambah menuntun motor yang gedenya dua kali lipat dari tubuh Elanna, jelas Elio nggak tega.
KAMU SEDANG MEMBACA
the dearest
FanfictionKumpulan cerita slice of life dengan face-claim kapal-kapal juga idol-family dan sibling kesayangan aku, tapi mereka semua masih satu universe dan akan saling terhubung. Ceritanya ringan dan aman hehe . . . . . . . . Disclaimer!! Sejuta persen fiksi...