Spoiler alert!! Bakal ada yang jadian 🥳🥳🥳
________________
"Maaf," ucap Bumi mengulurkan sekotak susu rasa pisang tepat di depan wajah bosan Elanna yang sedang memperhatikan ikan-ikan kesayangan Papanya berkejaran.
Ini adalah sore kesekian sejak mereka melakukan gencatan senjata setelah kejadian di UKS tempo hari, dan Bumi memutuskan menemui Elanna lebih dulu. Elanna sedikit terkejut sebab nggak mengira Bumi akan menemuinya di rumah. Padahal rencananya nanti malam dia yang mau nyamperin Bumi buat minta maaf.
Mengangguk singkat, Elanna menerima pemberian Bumi. "Iya," balas Elanna sambil melirik Bumi yang udah duduk di sebelahnya.
Untuk pertama kalinya mereka berdua bisa duduk berdampingan dalam hening lebih dari satu menit. Tanpa umpatan, tanpa makian, dan tanpa baku hantam. Bumi menyandarkan punggungnya di bangku taman yang mereka tempati. Mendongak menatap langit sore yang perlahan berubah jingga. Di sampingnya, Elanna mengayunkan kaki dengan kedua tangannya yang saling bertaut. Bumi menarik senyum tipis, ternyata berdiam diri tanpa melakukan apapun dengan Elanna tetap menyenangkan.
Beberapa hari ini Elanna merenung dan berpikir keras mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang berputar dikepalanya. Dia udah diceramahi panjang lebar oleh Elio yang sedikit banyak memberinya titik terang. Dan sekarang Elanna udah punya keputusannya.
Gadis itu menggigit bibir dalamnya sebelum memutuskan untuk buka suara. "Bum, bisa nggak kita gini terus?" Ucap Elanna memecah keheningan.
Radar Bumi mendeteksi makna dibalik ucapan sang gadis. Namun sebisa mungkin dia nggak bereaksi berlebihan. "Gini gimana?" Tanya Bumi nggak paham.
Gadis yang mengikat sebagian rambut pendeknya itu bergerak menghadap sang tuan. "Tetep liat gue sebagai Elanna yang kayak biasanya. Temen lo, temennya Kale, Winna, kembarannya Elio," tutur Elanna kelewat semangat. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman, tapi matanya menyorotkan hal lain.
" . . ." Remaja itu masih bertahan di posisinya namun seluruh inderanya menantikan apa yang akan Elanna ungkapkan selanjutnya.
"Gue nggak suka kita canggung kayak kemaren-kemaren. Gue nggak pernah masalah kita saling lempar makian kayak biasanya. Karena setiap pertemanan punya bahasanya sendiri, lagian dibalik itu semua kita tetep tau batasan," ungkap Elanna melirik ke segala arah secara acak. Lalu pandangannya berhenti tepat di kedua mata Bumi. "Buat gue, temenan sama kalian adalah hal paling bener yang pernah gue lakuin," lanjut Elanna pelan sebab mereka adalah teman-temannya yang berharga. Walaupun sifat mereka saling berbeda bahkan bertentangan, tapi mereka saling mengerti.
" . . ." Kali ini Bumi menegakkan tubuh sepenuhnya. Ucapan Elanna benar, dia mudah berteman dengan semua orang yang baru ditemuinya, namun menjadi sedekat ini dengan seorang Bumi Jumantara adalah hal yang nggak bisa semua orang lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
the dearest
FanfictionKumpulan cerita slice of life dengan face-claim kapal-kapal juga idol-family dan sibling kesayangan aku, tapi mereka semua masih satu universe dan akan saling terhubung. Ceritanya ringan dan aman hehe . . . . . . . . Disclaimer!! Sejuta persen fiksi...