K's family

1.2K 124 3
                                    

______________
Angin tipis-tipis berhembus pagi ini, mengiringi matahari terbit dan embun yang perlahan menguap. Suasana Minggu pagi yang mungkin dimanfaatkan sebagian orang untuk menikmati keheningan pagi dengan secangkir kopi panas sembari berangan-angan tentang masa depan. Atau justru suasana Minggu pagi ini membuat para penduduk bumi enggan beraktifitas, sehingga memilih untuk bangun lebih siang lalu melewatkan sarapan. Yang begini biasanya orang yang hidup sendiri atau jomblo atau tuna asmara atau hopeless romantic.

Namun berbeda dengan keluarga yang setiap pagi wajib sarapan atau ibu negara akan mengomel sepanjang hari. Seperti biasa, pagi yang tenang di rumah besar keluarga Hoetama itu nggak pernah berlangsung lama.

"Mamiiiiiii Kale nih gangguin!" Adu si anak sulung dari lantai dua.

"Enggak Mam! Aku cuma nggak sengaja liat! Pelit! Huuuu," cibir Kale yang lantas lari ke bawah dengan suara yang bisa kedengeran di seluruh penjuru rumah.

Papi yang juga baru keluar kamar menghampiri anak bungsunya. "Masih pagi lho ini, udah ribut aja. Masnya diapain Dek?" Tanya Papi kalem. Dirangkulnya si bungsu buat duduk di sofa, nunggu panggilan sarapan siap dari Mami.

"Mas Kian lagi video call sama cewek tau Pi," ucap Kale sengaja kenceng banget sampai si Mami keluar dari dapur sambil bawa sendok sayur.

"Hah?!!"

"Yang bener kamu???"

Kedua orangtuanya jelas kaget, anak sulung mereka itu nggak pernah deket sama perempuan manapun. Bahkan yang mereka tau temennya Kian itu cowok semua. Yang jadi bahan ghibah pun muncul sebelum Kale semakin melebih-lebihkan ceritanya.

"Mami Papi jangan percaya bisikan setan," sahut Kian hendak meraup wajah adeknya dengan telapak tangan tapi Kale lebih dulu menyembunyikan wajahnya di lengan Papi yang sempet kaget tadi.

"Hush!" Dipukul itu tangan Kian pake sendok sayur sama Mami. Enak aja anak yang dilahirkan dikatain setan.

Kemudian disusul anak perempuan satu-satunya keluarga ini muncul dengan cantiknya. "Ya ampun kapan rumah ini damai? Jelas kalo si ikan lele nggak ada," ujarnya dengan menatap remeh pada si adek, membuat Kale meradang dan Kian ngakak. Emang yang bisa menandingi kejahilan Kale ya Kanina.

"Gue jambak ya lo!" Ancam Kale yang udah ancang-ancang menyerang sang kakak.

Namun Kanina lebih sigap dengan berlindung di balik tubuh Kian. "Eits! Nggak kena!" Ledeknya lalu lari ke belakang Mami.

Mami menepuk tangan Kanina yang ada di lengannya. "Mbak udah, ayo sarapan semuanya. Adek juga," lerai Mami sekaligus mengajak yang lain. Niatnya emang mau manggil semua orang buat sarapan. Jarang banget bisa full team begini, biasanya pasti minus Kian yang udah kayak bang Toyib.

Kale yang masih gondok itu jalan duluan lalu dengan sengaja menabrak lengan kakaknya. "Cewek tuh bangun pagi, masak," ucapnya sinis.

"Menurut lo siapa yang bantuin Mami masak pas lo masih molor hah?!" Seru Kanina nggak terima. Mami Papi menatap pasrah dua anaknya yang super jahil itu. Sedangkan Kian menunggu dengan antusias.

Mendengus kasar, Kale menatap Kanina remeh. "Elo???? Sangat tidak mungkin," balasnya.

"Bibi lah!!" Jawab Kanina ngegas.

Habis sudah kesabaran Kale pagi ini. "Emang paling bener dijambak aja!" Ucapnya udah berdiri lagi, padahal baru aja duduk.

Kian tergelak, hal yang selalu dia rindukan kalo lagi nggak di rumah. Adik-adiknya yang sama-sama jahil dan emosian. Papi sama aja, "Ahahaha udah Dek!" Lerainya memegangi tangan Kale yang siap mau muter ke seberang meja buat menyerang Kanina. Ngeri aja lihat Mami udah menatap tajam mereka.

the dearest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang