timses

858 123 10
                                    

___________________
Agenda Erina siang menuju sore ini adalah makan siang yang tertunda. Soalnya tiba-tiba banget kelar mata kuliah ketiga langsung ada kelas tambahan lagi dan itu mepet banget sama jam makan siang. Alhasil sekarang dia super duper kelaparan.

FISIP sama FT itu nggak tetanggaan banget tapi bukan yang ujung ke ujung. Makanya Erina nggak kaget kalo mas pacar nih bilang udah ada di kantin FISIP. Melangkahkan kaki dengan riang, Erina menyapa orang-orang yang dia kenal. Entah senior-senior kece ataupun temen seangkatan.

Di meja sana Haikal melambaikan tangan agar Erina mudah menemukannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di meja sana Haikal melambaikan tangan agar Erina mudah menemukannya. Dan begitu duduk Erina langsung disuguhi room chat Haikal dan Samudra.

"Menurut lo rencana kita berhasil?" Tanya Haikal menyerahkan ponselnya pada Erina.

Gadisnya itu mengangkat bahu. "Tadi Jia bilang mereka udah ada di tempat yang sama. Tapi nggak tau nih kelanjutannya, Jia masih nugas," jawab Erina sesuai dengan yang dia ketahui.

Mereka udah bela-belain bikin skenario sedemikian rupa kalo sampe gagal, nggak ada pilihan lain selain menyeret keduanya terang-terangan. Meski yang jam tambahan tadi diluar rencana, jadi jadinya Jia yang turun tangan menggantikannya.

"Januar juga nggak ada chat apa-apa ke gue," balas Haikal menimpali. Agak heran sebab Januar nggak ada ngamuk-ngamuk karena dirinya yang nggak segera muncul di perpustakaan.

"Kalo cara gini nggak bisa, kita seret aja dua-duanya," sahut Erina gemas.

Dua orang itu ada aja momen yang bikin salah paham. Si cowok kelihatan suka dan ngejar tapi disaat bersamaan juga kelihatan nggak niat. Sedangkan ceweknya juga kelihatan nanggepin tapi nggak gampang percaya sama orang apalagi cowok-cowok yang ngaku suka sama dia.

Haikal mengusak gemas rambut panjang Erina. "Ahahaha semangat bener nyomblangin mereka," balasnya. Selama ini dia tau kalo cewek-cewek ini emang cenderung mendukung Januar buat deketin Kanina, meski sekedar meledek atau sesekali diajak hangout bareng. Sedangkan dia lebih fleksibel dan kali ini Haikal dimintai ikut dalam rencana.

Namun diluar dugaan ternyata Erina menggeleng cepat. "Bukan nyomblangin Bas. Gue sama yang lain udah pasrah mereka mau gimana asal nggak musuhan aja," sahut Erina. Haikal tersenyum lebar menepuk-nepuk pelan puncak kepala Erina. Bangga dia sama pacarnya yang makin dewasa. Sebagai pasangan Haikal cuma bisa ngasih tau kalo masalah perasaan itu nggak ada yang bisa ngatur, nggak seharusnya kita ikut campur terlalu jauh. Dan Erina selalu punya argumen buat membantah itu.

"Gue pesen makan dulu," pamit Haikal sambil berdiri dan menjauh. Erina mengangguk saja soalnya lagi melamun.

Setelah dipikir-pikir lagi dia sama Jia terkesan menghalangi Kanina dan Lila untuk dekat dengan si A B C dan memaksa mereka biar punya pacar yang lingkar pertemanannya nggak terlalu jauh dengan mereka atau semacamnya. Meski sebenernya konteksnya dalam hal ini cuma bercanda, tapi kayaknya udahan aja deh. Seharusnya terserah mereka mau sama siapa, sebagai sahabat mereka hanya harus mendukung dan mengingatkan.

the dearest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang