kangen

808 104 10
                                    

_________________
"Hai Tante," sapa Haikal begitu pintu besar rumah itu terbuka menampilkan sosok wanita cantik.

Tante Thalia membuka lebar pintunya untuk mempersilahkan Haikal masuk. "Halo Kal. Mau jenguk Erina ya?" Tanya Tante Thalia sedikit menoleh kebelakang dimana Haikal mengekornya.

"Iya. Om Kavi mana Tan?" Tanya Haikal nggak menemukan ayah kekasihnya.

"Lagi ada urusan, paling bentar lagi balik," jawab Tante Thalia mengira-ngira karena tadi suaminya bilang kalo cuma pergi sebentar.

Haikal manggut-manggut ringan. "Erina sakit apa Tan?" Tanyanya lagi masih dengan di belakang Tante Thalia. Haikal cuma tau kalo Erina sakit dan bilang udah periksa semalem.

"Ini kan lagi pergantian musim jadi pas dia kecapekan langsung drop," jawab Tante Thalia ringan.

Lagi-lagi Haikal mengangguk sepakat. "Tapi emang hari-hari kemaren Erina lagi sibuk-sibuknya sih Tan. Haikal aja udah nggak ketemu hampir seminggu, eh tiba-tiba sakit aja anaknya," sambung Haikal bercerita. Mendekati akhir semester begini emang sering ada kegiatan-kegiatan nggak terduga. Seperti kelas tambahan buat nutup yang bolong selama satu semester ini, atau tugas praktek dan lain sebagainya. Semuanya serba kejar target.

Wanita paruh baya itu berhenti sesaat agar sejajar dengan Haikal dan tersenyum geli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita paruh baya itu berhenti sesaat agar sejajar dengan Haikal dan tersenyum geli. "Ahahaha kangen ya?" Ujarnya jahil.

"Gitu deh," jawab Haikal apa adanya sambil meringis tipis.

"Dari rumah apa kosan kamu?" Tante Thalia menepuk pundak Haikal ramah. Hari masih belum siang tapi pacar anaknya ini udah bertamu.

"Dari rumah, makanya ini Bunda titip bawain nggak tau apa," jawab Haikal mengangkat rantang bekal atau rantang piknik nggak tau lah. Intinya semacam itu.

Haikal diarahkan ke ruang tengah lalu berhenti di meja panjang. "Loh kok repot?" Balas Tante Thalia nggak enak.

Pemuda itu menggeleng tegas. "Enggak Tan, Bunda bikin ini begitu tau Haikal mau jenguk Erina. Juga titip salam buat Tante sama Om," ujar Haikal sesuai pesan ibunya. Aslinya Haikal nggak punya ide harus bawa apa sebagai buah tangan, meski sebenernya nggak perlu-perlu juga. Tapi kan sepatutnya tetep bawa. Makanya Haikal bilang Bunda dan jelas saja Bunda bakal bawain ini itu begitu tau kalo Erina lagi sakit. Dan masalah selesai.

Tante Thalia tersenyum lembut penuh penghargaan. "Bilangin makasih buat Bunda ya? Ini Tante siapin dulu, siapa tau Erina mau makan lagi," ucapnya dengan cekatan membawa rantang itu ke pantry.

"Emang tadi belum sarapan?" Tanya Haikal agak kencang.

"Udah, tapi cuma dikit," jawab Tante Thalia.

Manggut-manggut ringan, Haikal mendongak ke arah kamar Erina. "Yaudah biar Haikal aja yang bawa ke atas. Kalo boleh hehe," pinta Haikal meringis tipis. Dia bisa santai kalo sama Mamanya Erina karena meski kelihatan galak tapi aslinya baik dan pengertian juga asik orangnya. Beda sama Papanya Erina yang lebih tegas.

the dearest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang