nonton(?)

775 125 10
                                    

______________________

Tepat ketika matahari hilang di cakrawala tadi, Januar udah stand by di rumah Kanina menjemput sang puan untuk diajak keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat ketika matahari hilang di cakrawala tadi, Januar udah stand by di rumah Kanina menjemput sang puan untuk diajak keluar. Rencananya sih mau nonton tapi nggak tau juga nanti jadinya gimana.

Meski dia nggak pengalaman soal minta izin begini, tapi berbekal nekat dan sedikit saran dari Haikal, Januar memberanikan diri untuk mendatangi rumah Kanina. Sebenernya sang puan menawarkan kalo dia bisa aja pergi bareng Erina lalu Januar dengan Haikal agar lebih mudah. Namun ide itu ditolak sebab Januar merasa nggak seharusnya dia bawa anak orang diam-diam.

"Gue kira lo bawa motor," ujar Kanina begitu keluar rumah mendapati mobil hitam Januar terparkir gagah di halaman rumahnya.

"Ya kali," balas Januar ringan.

"Kenapa?" Tanya Kanina melirik laki-laki yang hari ini berani menjemputnya di rumah. Keberanian yang patut diapresiasi. Padahal Kanina cuma main-main waktu bilang bahwa kalo emang berani ya jemput di rumah.

Januar membukakan pintu untuk Kanina. "Ya kali ngajak lo jalan pake motor. Kalo ujan ribet, belum lagi debuan, panas," jawabnya lugas. Salah satu tangannya diletakkan di atas agar kepala Kanina nggak terbentur.

"Kan pake helm sama jaket, nggak bakal kepanasan. Lagian kalo ujan nepi kan bisa?" Balas Kanina ngotot. Dia mendongak sebab Januar masih berdiri menjulang di sampingnya.

Pemuda itu menggeleng tegas. "Jangan deh, gue takut lo nggak nyaman," sahut Januar beralasan.

"Kan belum dicoba Januar," Kanina masih keukeuh. Kanina selalu membayangkan rasanya naik motor kayak yang diceritain Erina kalo lagi motoran sama Haikal. Dan meski bukan Vespa tapi Januar juga aslinya pengguna kendaraan roda dua. Buatnya itu sama aja. Sebab dirinya nggak boleh naik motor sendirian sedangkan Mas Kian udah nggak sesantai itu hingga punya waktu buat motoran nggak jelas sama dia.

"Lo nggak pernah naik motor?" Tanya Januar masih betah di posisinya.

Kanina mengangguk ragu. "Pernah sih, dari halaman rumah sampe minimarket depan," jawabnya jujur. Januar terkekeh geli sebab kepolosan gadis cantik itu.

"Sendiri?"

"Sama Mas Kian," jawab Kanina lagi. Dia nggak pernah naik motor sendiri setelah pas latihan justru hampir nabrak si buntelan kapas (read; Snow) yang bikin Kale ngamuk.

Januar bergerak maju mengambil sabuk pengaman di kursi Kanina. "Lo nggak bisa naik motor? Matic?" Tanyanya sambil merunduk di sisi wajah Kanina.

"Enggak," jawab Kanina menahan napasnya sebab Januar sedang memasangkan seatbelt yang membuat jarak keduanya jadi sangat tipis. Bahkan Kanina bisa mencium aroma parfum Januar yang terasa sopan di hidungnya.

Begitu Januar menegakkan tubuhnya Kanina langsung menghembuskan napas lega. Januar yang sadar kalo Kanina sedang gugup itu menarik senyum tipis, apalagi semburat merah di pipi terlihat kontras dengan kulit putihnya.

the dearest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang