caring

702 105 6
                                    

____________________
Siang hari yang cukup ramai di loket farmasi tempat menebus obat. Kanina memainkan kakinya sambil menunduk sesekali membaca nomor antrian yang dipegangnya. Sebentar lagi jam makan siang dan sepertinya antrian ini tetep makin banyak aja.

"Kanina?" Sapa seseorang yang terdengar ragu membuat Kanina menolehkan kepalanya demi mendapati sosok cantik dengan dress kasual dan tas di tangannya.

"Kanina?" Sapa seseorang yang terdengar ragu membuat Kanina menolehkan kepalanya demi mendapati sosok cantik dengan dress kasual dan tas di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kanina menipiskan bibir membentuk sebuah senyuman. "Oh? Mbak Jani?" Balas Kanina ramah.

Rinjani mengangguk dan duduk di bangku samping Kanina. "Ngapain disini? Siapa yang sakit?" Tanyanya beruntun. Apalagi Kanina memegang secarik kertas nomor antrian jelas nggak lagi iseng ngadem di sini.

"Nebus obat buat Kakak Mbak," jawab Kanina menunjukkan amplop berisi resep yang harus ia tebus buat Mas Kian.

"Sorry for hear that. Sekarang gimana? Masih opname apa gimana?" Tanya Rinjani prihatin.

Kanina mengangguk tipis. "Udah mendingan jadi minta pulang," balasnya singkat. Mas Kian dirawat inap sekitar tiga hari karena masalah pencernaan dan kelelahan.

"I see, kenapa kita baru ketemu sekarang ya? Padahal kemarin-kemarin kamu pasti sering kesini," ujar Rinjani menyayangkan karena daripada kepo, ia justru merasa ingin mengenal sosok gadis yang bikin adeknya kabur pagi-pagi demi menghindar dari mereka disaat biasanya Januar akan menyangkal dengan lantang kalo semisal memang hanya sebatas teman. Belum lagi beberapa hari terakhir dia sering kesini setiap makan siang sebab Dimas nggak mau makan siang kalo nggak sama dia. Kesempatan yang ternyata terbuang sia-sia.

"Aku kesini kalo malem, siangnya Mami yang jaga," ucap Kanina memberitahu.

Selama tiga hari ini mereka bergantian menjaga si anak sulung. Mami setiap pagi hingga sore sepenuhnya berjaga di rumah sakit meninggalkan pekerjaannya atau sesekali Kanina akan ke RS sore hari kalau lagi nggak kuliah. Selepas jam kerja Papi akan gantian sama Mami ditemani Kale sampe Kanina jemput pulang biar adeknya tetep tidur di rumah.

"Mbak udah?" Tanya Mami memasukkan beberapa berkas administrasi perawatan si anak sulung kedalam tas tangannya.

Menggeleng singkat, Kanina mendongak ke arah Maminya. "Belum, masih lama. Mami pulang duluan aja. Nanti aku yang jemput Kale," sahut Kanina dengan senyum lebar menunjukkan nomor antriannya. Meski tinggal tiga nomor tapi setiap nomor yang maju masih harus menunggu lagi sampai obatnya siap lalu akan dipanggil.

Diluar Papi sama Mas Kian udah nunggu di mobil beberapa menit yang lalu sementara dirinya dan Mami mengurus obat dan administrasi. Dan sepertinya Mami udah selesai duluan. Beruntung tadi Kanina membawa kendaraan sendiri jadi bisa sekaligus mau jemput si adek yang hari ini nggak ada jam tambahan.

"Siapa ini?" Tanya Mami melirik penasaran sosok di samping Kanina yang nggak kelihatan kayak orang asing.

"Rinjani," jawab Rinjani menyalami Mami dengan senyum sopan setelah sedikit terkejut sebab nggak menyangka kalo perempuan ini udah punya anak segede Kanina.

the dearest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang