pamit

608 83 10
                                    

Met malmingan everyone 🫶🫶
____________________
Suasana ramai lalu-lalang orang menjadi yang pertama Kanina lihat begitu sampai drop point bandara Internasional Soekarno-Hatta, setelah bermacet-macetan sejak sore. Mau ke bandara udah berasa mau pindah provinsi, lama banget. Apalagi rush hour pulang kantor. What an epic moment. Tapi gimana lagi, pesawat mereka akan take off jam delapan.

Kale jadi yang pertama keluar dengan outfit super kece pilihan Mami. Karena kalo nggak dipilihin, si anak bungsu bakal pake baju yang itu-itu aja. Mami sampe bosen. Papi dan Mas Kian dibantu sopir mengeluarkan koper-koper mereka. Kale bagian narik-narik doang sedangkan Mami cukup diam. Kalo si anak gadis justru kelihatan melirik jam, ponsel dan arah parkiran secara berulang-ulang.

Nggak lama setelah mobil yang membawa mereka pergi, muncullah penampakan Januar berlari kecil menuju arahnya. Seketika perasaan gelisah itu menguap. Pemuda itu melambaikan tangan singkat dan menundukkan kepala sopan pada anggota keluarga yang lain.

"Selamat malam Om, Tante, semuanya," sapa Januar sopan.

Mami jadi yang paling antusias setelah Kanina. "Halo, Kanina yang minta kamu kesini?" Balas Mami menyalami Januar ramah.

Ketiga lelaki Hoetama saling bertukar pandang lalu kompak menatap Januar menyelidik. Mami tau kalo Papi keliatan mau sinis langsung menarik lengan suaminya. Kayaknya nih bapak-bapak lupa kalo anak gadisnya udah punya pacar. Padahal Mami udah bilang sebelumnya, tapi Kanina emang belum ngomong sendiri.

"Enggak Tante. Januar yang bilang pengen ikut nganter," jawab Januar meringis. Nggak sepenuhnya salah sih, Kanina aslinya bilang nggak perlu tapi Januar kekeuh buat datang. Dia nggak mau lagi menunda buat ketemu ayahnya Kanina.

Anak bungsu nggak tahan buat komentar. "Mentang-mentang lagi kasmaran, cuma ditinggal ke Melbourne lima hari udah kayak nggak bakal ketemu seabad," ujarnya mendengus singkat pada sang kakak.

"Sirik aja jomblo," balas Kanina nggak kalah sengit.

Mendengar itu, Papi paham tujuan pemuda ini menemui mereka. "Januar bisa ikut Om sebentar?" Ujarnya sambil menepuk-nepuk tangan sang istri yang menoleh terkejut sama seperti si anak gadis.

"Papi mau ngapain????" Tanya Kanina melotot kaget menatap Januar, Papi dan Mami bergantian.

Papi terkekeh kecil dan mengusak puncak kepala Kanina. "Beli kopi Mbak," jawab Papi lanjut menatap Mami dengan senyum dan anggukan tipis. Detik itu juga Mami mengerti, jadi dilepasnya tangan sang suami.

the dearest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang