sereal

824 112 8
                                    

Special ramadhan part 1

_____________________
"Pindah rumah lo?" Seru Haikal begitu dilihatnya Erina justru keluar dari gerbang rumah Kanina dengan celana panjang, jaket, rambut diikat ke samping, juga kacamata sama nenteng ponsel, masih dengan muka polosan, tapi tetep cantik badai.

_____________________"Pindah rumah lo?" Seru Haikal begitu dilihatnya Erina justru keluar dari gerbang rumah Kanina dengan celana panjang, jaket, rambut diikat ke samping, juga kacamata sama nenteng ponsel, masih dengan muka polosan, tapi tetep ca...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kan gue udah bilang kalo nginep di rumah tetangga," jawab Erina jalan ke arah Haikal sambil menutup mulutnya yang menguap.

Tadi Erina masih setengah sadar waktu Haikal telfon dan bilang udah ada di depan rumahnya. Padahal matahari juga belum kelihatan, tapi Haikal yang kayaknya lagi kurang kerjaan ini justru udah ngapel. Entah punya rencana apalagi deh nih orang.

Tanpa turun dari motor, Haikal menyodorkan kepalan tangan yang disambut baik sama pacarnya. Si paling bro ;)

"Mertua gue kemana emang?" Semalem kayaknya dia udah tidur pas Erina mengirim pesan yang mengatakan kalo lagi nginep di rumah Kanina.

Erina duduk di jok belakang si jabrik sambil nyender ke punggung Haikal. "Lagi ada kerjaan di Semarang," jawabnya masih mengumpulkan niat buat melakukan apapun yang di rencanakan Haikal pagi ini. Tau banget kalo pacarnya itu nggak mungkin rela pisah dari kasur pagi buta gini kalo nggak ada maunya.

"Sampe kapan?" Tanya Haikal lagi.

Erina mengangkat bahu, dari belakang Haikal tercium udah wangi abis mandi, dia jadi ngantuk lagi. "Bilangnya sih dua hari," jawabnya malas. Mereka masih di depan rumah Erina, untung aja dia nggak punya banyak tetangga. Meski masih weekdays namun sepagi ini jelas belum pada keluar.

"Nanti malem nginep lagi dong?"

Membetulkan letak kacamatanya, Erina memutar matanya jengah. "Nanya mulu kayak wartawan," cibirnya.

Haikal menoleh ke belakang hingga Erina bisa melihat sisi samping wajahnya. "Siapa tau berminat, gue bisa nemenin," sahut Haikal dengan sebelah alisnya yang naik juga senyum miring.

Gadis di boncengannya itu mendongak dan mendengus kecil sambil menampar halus pipinya agar kembali menghadap ke depan. Erina lagi nggak pengen salting pagi-pagi. "Gue sedang dalam kondisi tidak mood untuk membicarakan hal tidak senonoh," balasnya ringan.

Masih ngotot menoleh ke belakang, Haikal mengusak gemas rambut panjang Erina sambil tergelak. "Ahahaha cuma menawarkan bantuan," ucap Haikal. Padahal setiap kali Erina ditinggal orangtuanya ke luar kota pasti nginep di rumah tetangga. Haikal emang iseng doang, siapa tau beruntung ehe :')

"Sorry nggak dulu," sahutnya sambil melompat turun untuk membuka pintu gerbang agar motor Haikal bisa masuk. Kalopun Haikal ngajak jalan dia tetep harus siap-siap dan lain sebagainya. Biarin aja dia nunggu.

Haikal menyalakan mesin motornya lalu dengan sigap Erina duduk menyamping ditempatnya semula. Kembali menyandarkan kepalanya di punggung kini lengan sebelahnya juga membelit pinggang sang tuan.

the dearest Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang