Mari bertemu keluarga yang isinya manusia-manusia random 😌
__________________
Siang hari menjelang sore yang masih terasa terik sebab sudah lama dari terakhir kali hujan membasahi bumi. Suhu yang terasa panas seketika berganti sejuk ketika pintu sebuah unit apartemen terbuka."Sayang," panggil seorang pria paruh baya begitu membuka pintu dan nggak menemukan siapapun.
"Iyaa," sahut sebuah suara dari balik sofa karena Naren cuma mengangkat tangannya dan digoyangkan.
"Bukan kamu," balas Papa Sena setelah meletakkan sepatu di rak dan mengganti dengan sandal rumah.
Masih nggak menyerah pria itu kembali memanggil. "Sayaaaaaannng," panggilnya lebih kencang.
Lalu muncul sosok cantik dari pantry. "Iya Pa?" Balasnya dengan senyum jahil dan berjalan menuju kembarannya membawa nampan dengan pitcher berisi minuman berwarna oranye beserta gelasnya.
Papa Sena menarik napas dalam dan tersenyum lebar tapi kelihatan banget dipaksa. "Bukan Teteh," ujar Papa memberikan kotak yang ada di tangannya pada si bungsu.
Remaja yang sejak tadi bersamanya pun tergelak dan mendahului sang ayah meletakkan kantong belanjaan dari ayahnya di meja pantry. "Ahahaha Mamaaaa," panggil Julian lebih spesifik.
Dan benar saja, wanita yang udah punya tiga anak tapi masih super cantik itu keluar dari kamar yang paling dekat ruang tamu dengan memegang guling yang kayaknya baru diganti sarungnya. "Kenapa Dek?" Tanyanya dengan senyum geli apalagi melihat sang suami yang udah cemberut lucu karena nggak ditanggepin. Nggak sadar diri udah punya anak tiga.
"Kan langsung keluar. Papa tuh," ucap Julian santai. Kebiasaan Papanya kalo pulang dan tau Mama ada di rumah pasti akan mencari keberadaan Mamanya. Julian yakin tadi itu kakaknya sengaja mau ngerjain sang ayah.
Namun Mama Sheila justru menuju pantry menyusul Julian setelah melemparkan guling kepada Papa Sena yang ada di ruang tengah bersama si kembar. Dibukanya kotak yang dibawa Julian untuk mengeluarkan kuenya.
"Gimana? Adek udah tau jalan mana aja?" Tanya Mama pada Julian yang udah duduk di stool menopang dagunya.
Keluarga Handaru memang berada di Jakarta sejak kemarin sore selain untuk mengurus rencana kuliah si anak bungsu, juga untuk menjenguk anak-anak sulungnya.
"Jalan ke kampus dari berbagai arah," jawab Julian fokus melihat kegiatan Mama.
Mama Sheila menaikkan pandangan dan tersenyum lembut pada si bungsu. "Bingung nggak?" Tanyanya lagi. Lalu berjalan beberapa langkah dengan cekatan mengambil lilin dan pemantik api dari lemari dapur.
Julian mikir bentar sebelum menjawab. "Enggak sih, tapi belum hafal," jawab Julian akhirnya.
"Nanti juga hafal," sahut Mama kembali di hadapan Julian, menancapkan lilin di atas kue. "Beda sama Bandung?" Tanya Mama lagi, kali ini mendorong kue ulang tahun di depan Julian buat dibawa ke ruang tengah sementara dirinya mengambil beberapa perlengkapan lain.
Mengangkat bahu ringan, Julian turun dari stool dan jalan mengekor di belakang Mamanya. "Sama aja. Sama-sama macet," jawab Julian. Di depannya Mama udah bawa piring kecil sama pisau.
KAMU SEDANG MEMBACA
the dearest
Fiksi PenggemarKumpulan cerita slice of life dengan face-claim kapal-kapal juga idol-family dan sibling kesayangan aku, tapi mereka semua masih satu universe dan akan saling terhubung. Ceritanya ringan dan aman hehe . . . . . . . . Disclaimer!! Sejuta persen fiksi...