17 | One Night

1.5K 7 2
                                    

Banyak pertanyaan yang melekat di otak mungil Adel setelah Zein mengatakan hal yang selama ini bersarang di benaknya. Tentang gadis dan sekelumit kehidupan pribadi Zein yang banyak orang tidak tahu, termasuk Adel sendiri.

Setelah mengucapkan hal yang cukup membuat Adel tercengang di rooftop sekolah. Sepulang sekolah Adel dan Zein menuju kafetarian yang tak jauh dari kampus Gallan, guna menjelaskan semuanya. Entah sejak kapan Zein tahu tempat itu, katanya kafetarian di sana mempunyai menu makanan yang enak dengan harga terjangkau. Sangat cocok untuk anak sekolah dan kuliahan. Adel sudah memberitahu Gallan jika ia tidak ingin di jemput.

Makanan yang mereka pesan sudah datang sekitar lima menit yang lalu. Namun, belum ada tanda Zein membuka suaranya.

"Kapan mau cerita?" Akhirnya Adel membuka topik lebih dulu.

Zein memainkan spagettinya dengan garpu. Ia berdeham sekali dan berusaha menatap Adel lekat-lekat.

"Gue bingung harus mulai dari mana."

"Mulai aja. Gue akan dengerin, Zein."

Zein menghela napas, ia meneguk minumannya, kemudian mulai bercerita, "Gue memang punya adik, namanya Lya. Setelah insiden kecelakaan yang buat dia amnesia, Lya sedikit berubah dari sifat dan pemikirannya. Hal ini hanya gue ceritain ke Javas dan Ancala, karena mereka orang yang dapat gue percaya saat itu..."

FlashbackOn

"Zein! Kemana Adik kamu?" Suara panik dari Maya terdengar oleh Zein dari balik meja belajarnya.

"Lya bukannya lagi di rumah temannya?"

"Lihat jam berapa, Zein! Udah jam 10 malam. Nggak biasanya Lya pulang selarut ini!" Panik Maya.

Zein melihat jam dinding di kamarnya, ia cukup terkejut sekaligus tersadar jika sedari tadi Zein sangat fokus dalam belajar.

"Zein cari Lya, Mah." Lelaki itu bangkit. Mengambil jaket serta kunci motornya.

Setelah berpamitan dengan Maya, lelaki itu melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ia tahu kemana ia harus mencari Lya. Gadis itu memang susah sekali untuk di atur, Lya tipe orang yang keinginannya harus terwujud.

Zein menepikan motornya ketika merasakan ponselnya terus bergetar. Ia langsung merogoh saku jeansnya dan mengerutkan kening ketika nomor tak dikenal menelponya. Tanpa memikirkan lagi, Zein langsung menggeser layar ponselnya.

"Ha---"

"Zein cepat kerumah sakit! Lya dirumah sakit, dia kecelakaan!" Teriak seorang wanita yang sangat di kenalnya. Ya, itu Mamanya---Maya----yang menelponya.

Seketika tubuh Zein menegang, detik berikutnya ia langsung melajukan motornya kembali ke rumah sakit yang sudah di beritahu sebelumnya.

Dunia seakan runtuh dalam satu jentikan saja. Terlihat gadis yang terbaring lemah di atas bangkar, banyak alat-alat medis yang menempel di tubuhnya serta balutan perban yang melilit kepalanya.

Setelah di usut, Lya adalah korban tabrak lari yang membuat cidera parah di bagian kepalanya. Hal itu langsung di usut tuntas oleh seseorang yang juga menolong Lya. Andai saja tidak ada orang baik, nyawa Lya sudah terancam.

Setelah mengalami koma selama sepekan, perlahan Lya tersadar dan orang pertama yang ia lihat adalah Zein. Zein bangkit dari kursinya, menghampiri Lya dan mengelus pipi gadis itu lembut.

"Ly... Ini gue Zein."

Kedua mata Lya sudah terbuka sempurna, ia menatap Zein lamat-lamat hingga suara serak Lya mengantarkan Zein kepada kenyataan pahit.

STEP [LOVE] BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang