45 || Kehilangan

225 4 0
                                    

Maap shaw abis dari goa dan baru balik😌
sesuai yang pernah shaw kasih tau, kalau cerita ini akan shaw tamatin kok, tenang aja. Sepertinya bakalan end di part 50an, yang artinya sedikit lagi bakalan endingggg!!

••••
.
.
.

"Setelah semuanya terjadi, kamu baru mau ketemu sama aku, Gall?"

Vaness, perempuan yang kini berdiri di hadapan Gallan dengan memegang tas jinjingnya. Keduanya bertemu di sebuah taman yang tidak jauh dari apartemen lama Vaness. Setelah masalah demi masalah mereka lalui, ini kali pertama keduanya bisa bertemu. Vaness sudah berkali meminta Gallan bertemu untuk membahas tentang kandungannya. Tetapi selalu di tolak oleh lekaki itu. Hingga kesabaran Vaness kian menipis, ia memberanikan diri untuk mengunjungi kediaman keluarga Zaidee kala itu.

Hal pertama yang Vaness ingin lihat adalah, sikap peduli Gallan terhadapnya barang sedikit. Itu sama sekali tidak ia dapatkan, semua tersingkirkan karena kehadiran Adel yang tiba-tiba di kehidupan mereka. Vaness bisa saja melakukan hal buruk, tetapi ia sadar. Di dunia ini ia sendirian, jika ia melakukan hal jahat sekalipun, Vaness bisa memastikan hidupnya tidak akan tenang, tidak ada yang percaya terhadapnya lagi. Dengan sisa kesabaran yang ia punya dan beruntung masih ada Arion di sampingnya, Vaness mampu melewati semuanya.

"Lo pasti udah tau, kan, mau dibawa kemana hubungan kita ini?"

Jujur saja, di hati kecil Vaness ia masih mengharapkan Gallan yang akan bersamanya. Bertanggung jawab dengan apa yang sudah mereka lakukan.

"Udah."

"Bagus. Pasti Arion juga udah cerita banyak sama lo."

Vaness menatap sinis ke arah Gallan yang juga menatapnya. "Senang kamu, Gall? Brengsek banget kamu jadi laki-laki. Selama ini aku mencoba sabar buat hadapin sikap kamu. Meskipun aku tau aku banyak dramanya. Tapi adakah dari hati kecil kamu untuk bisa sama aku lagi?"

Gallan menggeleng. "Gak bisa. Gue udah bilang berkali-kali kalau semuanya udah selesai. Gue juga udah sepakat sama Arion untuk nggak ganggu kalian lagi setelah ini."

"Terus maksud kamu minta ketemu aku apa?"

"Mau ngucapin selamat tinggal dan... Terima kasih." Jawab Gallan pelan di akhir katanya.

Vaness menghela napas pelan. Bagaimanapun ia berusaha, sepertinya tidak akan berhasil untuk membuat Gallan kembali ke pelukannya. Rasa sakit masih gadis itu rasakan sebenarnya, tetapi kenyataan lebih membuatnya sadar jika hal yang ia perjuangkan selama ini belum tentu bisa ia dapatkan.

"Aku sakit hati banget, Gall, sama perlakuan kamu. Nasib aku dan Arion berubah setelah berita kehamilan aku tersebar. Aku nggak bisa benci kamu setelahnya. Bahkan, aku masih berharap kamu yang berada di posisi Arion."

"Maaf-"

Bulir air mata Vaness terjatuh tanpa diperintah. Ia mengusapnya dengan kasar. Lalu melanjutkan kalimatnya lagi. "Kamu nggak usah bilang selamat tinggal atau terima kasih. Karena aku sadar nggak ada hal yang patut kita kenang selama ini. Aku bakal pergi jauh dan mungkin jika waktu mempertemukan kita tanpa sengaja, aku harap kita akan menjadi dua orang yang nggak saling mengenal satu sama lain."

Setelah berkata demikian, Vaness pergi meninggalkan Gallan yang termenung di tempatnya. Selama ia mengenal Vaness, baru ini gadis itu mengucapkan kalimat yang mampu menorehkan luka di hati Gallan. Meski memang lelaki itu enggan bertanggung jawab, ia tidak berbohong jika hatinya ikut sakit melihat Vaness.

Ponsel Gallan berbunyi tanda panggilan masuk. Ia tersadar dan langsung merogoh saku celananya. Terlihat ada nama Elhan di sana.

"Kenapa?"

STEP [LOVE] BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang