7 | Why, Zein?

722 17 0
                                    

Sesampainya di rumah, Gallan langsung bergegas ke kamarnya. Ia menaruh semua paper bag besar itu di atas kasur, lalu merapihkan semua makanan yang ia dapat dari fansnya di dalam lemari khusus.

Senyum Gallan terus merekah hingga ia tak sadar seseorang sudah masuk ke dalam kamarnya. Siapa lagi kalau bukan Adelia. Gadis itu tengah menahan emosinya lantaran ia kesal lagi-lagi Gallan tidak menjemputnya, di tambah Zein yang tiba-tiba ingin pulang terburu-buru.

Adel duduk di tepi ranjang Gallan tanpa permisi, dengan sengaja ia melempar bantal ke arah Gallan yang reflek membuat lelaki itu menoleh terkejut.

"Anj! Lo ngapain di kamar gue, cebong?!"

Adel merotasikan kedua matanya, "Lo sok lupa apa emang tolol?"

"Maksud lo apaan?!"

Adel menghela napas pelan, "Dengar ya, Gallanjing. Lo lupa kalau hari ini jemput gue di sekolah? Lagi-lagi lo nggak kasih kabar sampai gue harus nunggu di halte! Andai aja gue jahat, bisa gue aduin ke Papa biar semua aset lo di tarik karena ngg----"

Gallan menutup mulut Adel yang terus berbicara, "Bacot! Sorry, gue lupa."

Adel menepis kasar tangan kekar Gallan, "Kebiasaan! Lo abis ena-ena kan sama cewek lo itu?"

"D-dia bukan cewek gue."

Adel mendelik, "Tampang kaya lo nggak mungkin nggak punya pacar, Gall. Ya... Minimal punya fwb-an lah."

"Gue nggak kaya gitu, ya! Lo kalau ngomong bisa di saring dulu?"

"Nggak bisa! Mulut sexy gue udah tercipta untuk terus menghujat lo tanpa ampun."

"Mau gue diemin mulut lo?"

"Caranya?" Tantang Adel.

Gallan tersenyum devil, ia melangkah mendekati Adel yang membuat gadis itu waspada meski tubuhnya tidak bergerak.

Tepat di hadapan Adel, Gallan membungkukkan sedikit badannya lalu memiringkan kepalanya agar lebih intens menatap Adel.

"Menurut lo gimana caranya?" Tanyanya dengan suara berat.

Adel menelan salivanya susah payah. Lagi-lagi Gallan selalu mengikis jarak antara mereka yang membuat jantung Adel berdegup tak karuan.

"L-lo nggak usah macam-macam!"

"Tapi gue mau macam-macam sama, lo, biar lo nggak ngoceh terus."

"Lo berani lakuin hal itu?"

"Hal apa?" Tanya Gallan dengan posisi yang sama.

"I-itu..."

Gallan tersenyum. Perlahan ia mendekatkan wajahnya ke arah Adel, sementara gadis itu masih setia dengan posisinya.

Adel benar-benar dapat merasakan hembusan napas Gallan di wajahnya. Reflek ia menutup kedua matanya. Namun bukan sesuatu hangat yang ia inginkan, justru perih yang Adel rasakan.

"AW SAKIT!"

Gallan tertawa puas ketika melihat wajah Adel yang memerah, "Lo ngapain tutup mata? Pede banget lo mau gue cium! Nanti kalau ketagihan bahaya."

Gallan menjauhkan wajah serta tubuhnya dan lanjut merapihkan aset surga yang sempat tertunda. Sementara Adel mengelus pinggang rampingnya karena mendapat cubitan panas dari Gallan.

"Bego lo, Del. Ngapain lo tutup mata? Ada apa dengan lo? Lemah banget imannya!"

Adel tidak langsung berbalik melainkan menghampiri Gallan yang masih sibuk dengan aktifitasnya.

STEP [LOVE] BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang