Setelah pulang dari rumah Adel, Zein melipir ke minimarkert, lelaki itu mengambil sekaleng minuman kemudian membayarnya, setelahnya Zein duduk di kursi yang tertata di pelataran minimarket. Pikirannya mulai ikut berkecamuk seraya air soda mengalir melewati tenggorokannya.Zein menghela napas pelan, seakan beban hidupnya bertambah satu. Selagi berkecimpung dengan pikirannya, tiba-tiba dua orang laki-laki dengan setelan serba hitam serta masker ikut duduk tak jauh dari kursi Zein. Awalnya Zein diam saja, ia tidak merasa takut karena kedua lelaki itu sama sekali tidak berniat menganggunya. Tetapi pembicaraan keduanya membuat aktifitas Zein terhenti untuk sekedar menyimak.
"Lo tenang aja, kita sama-sama cari tau dulu kalau lo nggak yakin."
"Jelas gue yakin lah, mana mungkin gue salah." Balas lelaki satunya.
Lelaki bertopi cokelat itu menepuk pundak sebelahnya, "seharusnya lo nggak tidur sama itu cewek. Pada akhirnya dia hamil kan jadi bingung itu anak siapa."
"Udah gue bilang itu bukan anak gue! Gue pakai pengaman saat itu. Percaya sama gue. Lagi pula gue baru sekali tidur sama dia." Sentak lelaki itu, "dia emang rada polos, tapi kalau soal ranjang, gue akui dia hebat."
Lelaki bertopi di sebelahnya menggeleng heran, "ternyata cewek itu nggak sepolos tampangnya."
"Makanya. Pokonya cepat atau lambat, gue mau si anjing itu ngakuin itu anaknya dia!"
"Si anjing? Dia sahabat lo, woy!"
Lelaki itu berdecak, "sekarang bukan lagi. Gue muak. Punya sahabat nggak tau diri macam dia, mentang-mentang orang kaya bisa seenaknya."
Lelaki bertopi di sebelahnya kembali mengangguk, "terserah. Gue akan pantau terus cowoknya, biar dia nggak kabur."
"Harus! Gue mau Gallan bisa sadar sama perbuatannya. Seenak jidatnya hamilin anak orang dan nggak mau ngaku."
Degh!
Kedua pupil mata Zein membulat sempurna mendengar nama Gallan di sebut. Ia masih di tempatnya, mengatur detak jantungmya yang mulai tidak stabil. Ia harus tetap tenang agar tidak di curigai oleh kedua lelaki di sebelahnya. Ia tidak salah dengar, ia mendengar nama Gallan di sebut oleh lelaki itu.
"Tapi lo katanya mau tanggung jawab, Ar?"
"Gue akan tanggung jawab kalau Gallan nggak sebar fitnah tentang gue. Perkara gue dekat sama Vaness satu kampus jadi salahin gue!"
"Gimana reaksi bokapnya ya kalau tau anaknya sebejat itu?"
"Di coret dari Kartu Keluarga mungkin."
Lalu, keduanya tertawa bersama. Sementara Zein memilih untuk pergi dari sana. Ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang menunju rumahnya.
Sesampainya di rumah, lagi-lagi Zein termenung setelah mengingat kembali percakapan kedua lelaki yang tak sengaja ia dengar tadi.
"Gallan hamilin cewek?"
"Itu Gallan yang di maksud kakak tirinya Adel atau orang lain?"
"Tapi..."
Zein menggelengkan kepalanya kuat, ia mengingat cerita Adel tentang Gallan yang bersikap aneh dan sudah tiga hari tidak pulang ke rumah. Adel merasa Gallan tengah menyembunyikan sesuatu dan hal itu juga ia rasakan.
"Apa Gallan nggak pulang gara-gara dia udah---ah, emang berengsek tuh cowok."
••••••
.
.
."Lo yakin dengan ini?"
"Yakin, udah lo berdua nanti pura-pura nggak tau aja. Ikutan perintah gue barusan."
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP [LOVE] BROTHER
Lãng mạnWARNING 🔞 [TAMAT] ****** #1 - anakkuliah Setelah pernikahan kedua orang tua mereka, Adelia dan Gallan menghadapi hidup sebagai saudara tiri yang selalu bertengkar setiap waktu. Pertemuan pertama Adelia dan Gallan tidak begitu baik. Bahkan mereka...