EXTRA CHAPTER 3

465 11 0
                                    

Ketika acara selesai, Zein meminta izin kepada Adel ke taman belakang untuk menelpon. 

"Lo yakin, hal kaya gini harus gue lakuin?"  Kata suara dari seberang sana. 

"Yakin. Sampai dia menemukan laki-laki yang tepat, di saat itu tugas lo sudah selesai." 

Terdengar helaan napas penjang dari seberang sana. 

"Keberatan?" 

"N-Nggak. Gue akan lakuin. Asalkan bayarannya seimbang."

Zein terkekeh. "Itu tenang aja. Asal mulut lo nggak bocor kemana-mana." 

"Oke." 

Panggilan terputus. Zein langsung berbalik dan terkejut melihat kehadiran Gallan yang berada di hadapannya.

"Halo adik ipar."

"Ngapain lo?" 

Gallan menggelengkan kepalanya. "Seorang kakak yang baik akan selalu menjaga adiknya meski dari kejauhan. Hal itu yang gue lakuin saat pertama kalinya Adel pulang ke Indonesia untuk menghadiri acara Reuni." 

Zein masih belum paham dengan ucapan Gallan yang tiba-tiba seperti itu. Ia hanya mengerutkan keningnya seraya menunggu lanjutkan kalimat Gallan. 

"Gue tahu lo abis telpon siapa dan apa niat lo berbicara seperti itu." 

"G-Gue..."

Gallan menepuk pundak Zein sekilas. "Satu hal yang harus lo tahu. Gue suruh teman gue untuk pantau Adel saat dia ke Indonesia waktu itu. Terutama saat dia bertemu sama lo."

"Hah?" 

"Gue hanya memastikan kondisi Adel selalu baik dan tadinya berharap dia nggak ketemu sama lo. Tapi, harapan gue sirna, cinta Adel sama lo begitu besar. Saat itu gue sadar untuk mundur."

"Seharusnya lo sadar kalau lo kakaknya, status kalian sudah jelas dari awal. Masih berani buat maju." Kini Zein paham arah pembicaraan Gallan.

"Zein, terima kasih masih mau terima Adel. Gue bahagia punya adik cebong seperti dia, " ada jeda di kalimat Gallan. "Maafin gue karena kelakuan bejat gue dulu yang bikin hubungan lo.. terutama reputasi Adel di sekolah jadi buruk." 

"Gue pernah berjanji sama Adel, apapun yang terjadi Adel akan tetap jadi milik gue. Sekarang, janji itu sudah menjadi bukti. Masa lalu kalian, itu urusan kalian. Gue cuma berpikir masa depan bersama Adel. Apapun kondisi Adel, gue akan terima." 

Zein menatap Gallan dengan lekat, kemudian melanjutkan kalimatnya. "Terima kasih sudah sadar. Terima kasih juga sudah menjaga Adel selama kalian di Swiss." 

Zein izin untuk masuk terlebih dulu, meninggalkan Gallan yang termenung sendiri di taman belakang. Ia menatap langit malam yang bertabur bintang. Senyum manis itu terlihat jelas setelah ia berkata, "mama... Gallan sudah berubah. Mama jangan marah lagi sama Gallan, ya. Mama bahagia lagi di surga sana, ya, Mah."

Di tempat lain, terdapat dua wanita yang kini sedang asik bercengkrama di kamar. Dua wanita yang kini menyandang nama Zaidee di belakang nama mereka masing-masing. Evianna dan Adelia. 

"Lusa kamu akan ikut Zein tinggal di Indonesia." Ujar Evi seraya memasukan beberapa potong baju ke dalam koper. 

"Adel belum siap jauh dari Mama." Balasan Adel membuat kegiatan Evi terhenti. Ia langsung berbalik dan duduk di samping anak semata wayangnya itu. 

"Hush! Kamu sudah menjadi seorang istri, Adel. Sudah sepantasnya kamu mengikuti suamimu. Jangan bicara seperti tadi lagi. Tanggungjawab Mama dan Papa sudah kami serahkan kepada Zein."

STEP [LOVE] BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang