2 | Kelakuan

1.2K 21 0
                                    

Adel tengah menyantap roti panggang buatan Evi seperti biasa. Tepat hari ini, sudah dua hari Adel dan Evi menjadi bagian keluarga Zaidee. Hari pernikahan Evi dan Victor di selenggarakan begitu sederhana kala itu, bahkan tidak lebih dari 50 orang yang datang.

"Mah, nanti Adel kaya biasa pulang telat."

"Mau kemana?" Tanya Evi seraya membawa piring kotor ke dapur.

Adel menjilati jari-jarinya yang terkena selai cokelat. Lalu ia meminum susunya hingga habis setengah, "Biasalah jalan sama Mae dan Mara."

"Jangan pulang terlalu malam, Del." Pesan Evi dan gadis itu hanya mengangguk sejenak.

Pagi ini begitu terkesan biasa. Adel seperti tinggal berdua dengan Ibunya. Tidak ada sarapan pagi dengan keluarga di meja makan, tidak ada sapaan khas seperti 'selamat pagi anak-anakku'. Semua terlihat tidak ada perubahan di mata Adel. Terlebih ketika Adel mengetahui sepuluh menit lalu jika Victor -ayah tirinya- sudah pergi ke kantor.

Oh iya, seperti kesepakatan sebelumnya, kamar Adel berada di lantai bawah. Hanya gadis itu yang mendapat kamar di bawah, ia sungguh tidak ingin menempati kamar di lantai atas apalagi bersebelahan dengan Gallan.

"Mama nggak ke kantor bareng Papa?" Tanya Adel sembari membersihkan mulutnya dari sisa makanan.

"Nggak. Lusa Mama baru masuk."

"Kenapa beda dengan Papa?"

Evi bergidik bahu. "Mama meminta perpanjangan masa cuti."

Adel tersenyum masam. "Istri bos mah bebas."

"Adel berangkat." Kata gadis itu lagi seraya bangkit dari kursinya.

"Sama Zein?" Tebak Evi.

"Iya dong! Zein udah nunggu Adel di depan." Balas gadis itu girang. Kemudian Adel menyalami punggung tangan Evi dan gadis itu berlalu dari sana.

Di depan gerbang, sudah terlihat motor besar dengan satu cowok yang duduk di atasnya  seraya bermain ponsel.

Zein Abrata Dewangga. Gebetan Adel sejak kelas 11 SMA. Entah mengapa status mereka hanya mentok sampai di sana, baik Zein maupun Adel seperti nyaman dengan status mereka saat ini.

Zein, cowok berambut ikal itu menoleh ketika melihat Adel yang baru saja keluar dari gerbang. Ia tersenyum setelah memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Adel sempat cerita tentang Gallan kepada Zein, tetapi cowok itu hanya menanggapi seperti angin berlalu. Ia tahu jika Adel tidak akan terpikat oleh sosok Gallan yang menyebalkan.

"Udah siap?" Tanya Zein sambil memakaikan helm ungu kepada Adel.

"Siap dong! Hari ini ada ulangan harian, gue malas banget. Bolos aja apa, ya?" Keluh Adel.

Zein menyentil hidung mungil gadis itu, "Nggak usah banyak tingkah. Ikuti aja dan isi sebisa lo. Jangan menyerah gitu."

Adel mendengus sebal, "Iya-iya, ayo berangkat. Nanti kita telat."

Zein mengangguk lalu membantu Adel menaiki motor tingginya itu. Detiknya berikutnya motor Zein berlalu menyatu dengan jalanan.

^^^^^^^^
.
.

Adel dan Zein berjalan di lorong sekolah seraya berpegangan tangan. Hampir seantero SMA Bastala mengetahui kedekatan mereka dan mereka pun juga tidak malu mengumbar kebersamaan ketika di sekolah. Terpenting tidak kepergok sama guru BK.

"Nanti ulangan baca doa jangan lupa." Pesan Zein.

Adel mendumal, "Gue nanti ulangan harian bukan ujian nasional, Zein. Santai aja."

STEP [LOVE] BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang