14 | Mabuk

950 15 0
                                    

"Elhan, apartemen udah siap, kan? Hari ini gue mau langsung pindahan."

"Udah. Itu buat Vaness, kan?" Tanya Elhan dari seberang sana.

"Hm." Terpaksa Gallan memberitahu kepada Elhan.

Terdengar tawa meledek dari Elhan, "Segitu cintanya lo sana Vaness. Lo udah kasih banyak buat dia, stop lah, Gall."

Gallan terdiam sesaat, lalu menghela napas pelan, "Ada waktunya kapan gue akan tinggalin dia."

"Yakin bisa?"

"Lo mau jadi nyokap gue? Kepo banget heran. Suka lo sama Vaness?"

Elhan tertawa, "Gue lebih baik menjomlo dari pada sama Vaness. Cukup sekian dan terima kasih."

Gallan berdecak, "Begitu juga lo nafsu kan lihat dia pake tank-top sama cardigan doang ke kampus?"

"Y-Ya itu kan wajar. Lo juga nggak cemburu."

"Kalau mau pake aja, gue udah mulai bosen soalnya."

"Babi kau, Gallan! Dia masih pacar lo!"

"Remember? Gue bukan orang pertama yang cicipi tubuh Vaness."

"Ya tapi... Dah lah! Gila lo lama-lama. Kuncinya ada di receptionist, lo pinta aja udah gue titip di sana."

Gallan terkekeh, "Oke!"

Gallan mematikan sambungan itu. Ia memasukan ponselnya ke saku jeans, berbalik dan masuk ke ruangan Vaness.

Terlihat Vaness sudah rapi dan hendak ingin turun, buru-buru Gallan menghampiri seraya memapah Vaness untuk turun dari ranjangnya. Sore ini Vaness sudah boleh pulang meski awalnya dokter melarang dan di anjurkan pulang dua hari lagi. Vaness tidak betah berlama-lama di rumah sakit, terlebih lagi dia sendirian karena Gallan juga sibuk dengan kuliahnya.

"Pelan-pelan, Ness." Tegur Gallan ketika Vaness mengangkat tas ranselnya dengan tergesa.

"Aku mau cepat pulang."

"Lo pulang bareng gue, lagian lo nggak pulang ke apartemen lo lagi." Ucapan Gallan membuat Vaness menoleh ke arahnya.

"Hah?"

Gallan mendekat selangkah ke arah Vaness, "Gue udah beli apartemen baru buat lo."

Kedua mata Vaness membelalak, "Kamu... Serius?"

Gallan mengangguk, "Lo lupa kalau gue bakal cari apartemen baru buat lo?"

"Kamu udah dapat?"

"Udah. Barang-barang lo di apartemen lama juga udah di kemas sama orang suruhan gue. Sekarang kita langsung ke apartemen baru lo." Perintah Gallan.

Vaness tersenyum tipis. Ia mendekat ke arah Gallan, mengelus pipi lelaki itu dengan sayang.

"Terima kasih banyak, Gall. Kalau nggak ada kamu, aku udah mati."

Gallan menjauhkan tangan Vaness dari pipinya, menggenggam tangan itu seraya berkata, "Ini peringatan terakhir dari gue. Kalau sampai gue tau lo coba bunuh diri lagi, gue akan tinggalin lo."

Vaness tersenyum kecut, "Aku emang pantas untuk di tinggal, ya, Gall?"

"Bukan begitu. Cara lo itu kelewat tolol! Buat apa bunuh diri sementara lo bisa perbaiki diri lo untuk jadi lebih baik!?" Sentak Gallan.

"Maaf-----"

"Bukan kata maaf aja yang mau gue dengar, tapi kata semangat dan nggak akan ulangi hal bodoh lagi yang mau gue dengar dari mulut lo!" Potong Gallan tegas.

STEP [LOVE] BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang