16 | Kebenaran

689 18 1
                                    

"Mas, bisnis kamu kenapa jadi gagal begini?" Tanya Evi di sebuah ruangan bertema cokelat itu.

Di dekat jendela besar, duduklah Victor dengan tangan yang memijat pelipisnya. Ia tak menyangka jika kerjasama yang di tunggu-tunggunya tidak membuahkan hasil yang maksimal. Ia dan Evi bela-bela terbang ke Bali hanya untuk menandatangi kontrak kerjasama dengan salah satu kolega Victor. Meski baru kenal, latar belakang kolega tersebut tidak main-main, membuat Victor langsung setuju saat itu juga untuk bekerja sama.

Namun, semua itu sirna lantaran Victor rugi sekitar 2 Triliun untuk proyek besar yang akan ia bangun bersama kolega tersebut. Soal uang, 2 Triliun memang bisa ia dapat bahkan dalam waktu tiga hari. Tetapi bukan itu masalahnya, 2 Triliun bukanlah hal kecil untuk sebuah bisnis. Victor merasakan kerugian yang membuat jiwanya terguncang saat itu juga.

Kedua kalinya Victor di tipu oleh rekannya, meski di awal ia bisa mengatasi, lain hal dengan yang sekarang. Victor merasa semua sia-sia jika di atasi karena orang tersebut sudah kabur dan sulit untuk di cari. Baru diketahui jika kolega tersebut bukan orang sembarangan, membuat Victor lebih hati-hati untuk mengambil langkah jika ingin masalahnya dibawa ke jalur hukum.

"Aku nggak tau. Maafkan aku udah ceroboh." Hanya itu balasan Victor.

Evi, sang istri menghela napas pelan, ia menghampiri suaminya dan mengusap surai lelaki itu lembut, "Masalah akan datang tanpa di ketahui, semua itu bisa kita lewati Mas. Pasti ada cara lain untuk mengembalikan semua itu."

Victor menggeleng lemah, "Nggak semudah itu, Evi. Aku tau siapa orang sialan itu. Aku nggak bisa asal ambil langkah. Jika salah, aku akan masuk ke lubang yang sama, bahkan lebih dalam."

"Apa kita hubungi Mas Naka dan Mba Nesta?"

Victor menerawang kedepan. Naka, adalah kakak kandungnya yang juga terjun di dunia perbisnisan. Naka dan Victor selalu bersaing secara sehat untuk mendapatkan siapa yang paling sukses.

"Tapi Naka sedang ada di Jerman."

"Mau kita samperin?"

Victor menatap Evi ragu, ia juga tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lantaran hanya Naka yang bisa mengurus masalah besar seperti ini.

"Kamu yakin?" Tanya Victor memastikan.

Evi mengangguk, "Kita hubungi dulu beliau, kalau bisa kita langsung terbang ke Jerman."

"Hubungi dulu anak-anak, kita akan pulang dua minggu lagi."

Evi mengangguk, meski sangat berat harus berpisah lagi dengan Gallan dan Adel, namun masalah suaminya juga jauh lebih penting.

Semenjak menikah, bisa saja Evi menolak ajakan Victor untuk mengikuti perjalanan bisnisnya. Tetapi, Victor tidak suka jika harus sering pergi dengan sekretarisnya, tugas sekretarisnya adalah memback-up pekerjannya yang berada di Jakarta. Victor lebih suka di temani dengan pasangan real lifenya di banding rekan kerja. Jika memang mengharuskan ikut, tetap saja Victor akan ikut sertakan pasangannya pula.

Evi melangkah menjauh dari tempat Victor, ia merogoh ponselnya dan mengetik sebuah pesan di grup keluarga Zaidee.

Keluarga Z

Mama Evi
Anak-anak, Mama sama Papa akan pulang dua minggu lagi. Maafkan kami ya, Nak. Ada masalah pekerjaan yang harus kami selesaikan. Love you.

••••••••
.
.
.

Adel menyantap seafood yang menjadi makan malamnya bersama Gallan. Setelah asik bermain di pantai hingga sore, mereka berkeliling pasar yang tak jauh dari pantai tersebut terlebih dulu.

STEP [LOVE] BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang