37 || Takut

231 4 0
                                    


Kantin SMA Wardana ramai seperti biasanya. Seperti saat ini, genk bahenol dan JAZ tengah asih membicarakan tentang persiapan ujian mereka nanti. Setelah mengadakan acara di rumah Adel kala itu, mereka mulai serius dalam belajar. Adel dan Zein juga mulai jarang berkomunikasi lantaran ingin fokus untuk ujian.

"Berasa cepat banget ya, tiba-tiba kita udah mau ujian. Tiba-tiba kita lulus-lulusan. Tiba-tiba kita udah nggak bareng-bareng lagi." Celetuk Javas sambil menggulung-gulung mie ayam dengan sumpit.

Maelynn mengangguk. "Kalian abis lulus ada rencana kuliah atau mau langsung kerja?"

"Gue langsung kuliah. Bahkan orang tua gue udah pilihin kampus buat gue." Jawab Ancala.

"Buset! Orang tua lo terencana sekali." Ujar Javas yang mulai menyuap mie ayamnya.

Retensi Maelynn beralih pada Amara. Gadis itu tengah memotong siomay dan melahapnya. "Kalau lo?"

"Gue?" Amara mengunyah siomay miliknya lebih dulu. Lalu menjawab. "Gue kerja dulu, gue masuk kuliah tahun berikutnya."

"Kenapa begitu?" Pertanyaan dari Ancala.

"Soalnya biaya masuk kuliah bakalan lebih mahal. Kasihan orang tua gue udah banting tulang buat sekolahin gue di SMA ini. Jadi setelah lulus gue mau kerja dulu sekaligus nabung." Jelas Amara.

"Lo berdua langsung nikah abs lulus?" Tanya Javas kepada Adel dan Zein. Sontak keduanya terkejut hingga Zein tersedak oleh minumannya sendiri.

"Anjir! Pertanyaan lo kenapa beda dari yang lain sih." Omel Adel. "Ya, gue kuliah dulu lah. Gila kali langsung nikah."

"Tau lo. Gue juga butuh modal buat hidup sama Adel. Mau dikasih makan apa anak orang?" Zein ikut bersuara.

Javas terkekeh. "Ya kali aja, kan?"

Adel menggeleng heran. "Gue mau kuliah. Setelah lulus baru gue pikirin masa depan gue."

Maelynn mengangguk setuju. "Benar itu. Gue juga sama kaya Adel. Mau fokus kuliah dulu."

"Lo sendiri gimana, Jav?" Tanya Ancala.

"Gue?" Javas menunjuk pada dirinya sendiri. "Gue tidur di rumah. Capek anyinggg abis lulus sekolah langsung cari kampus. Mending gue istirahat dulu dan gue ikut ditahun berikutnya bareng Amara."

"Dih. Ngikutin gue aja lo. Awas aja kalau lo masuk kampus yang sama apalagi prodi yang sama kaya gue." Celoteh Amara seraya menatap sinis ke arah Javas.

"Emang kenapa, sih? Siapa tau kita jodoh, Mar."

Amara mendelik. "Ogah gue jodoh sama lo, otak lo mesum!"

"Inget, di sini ada yang pernah suka sama Amara." Sindir Adel dengan menahan tawa. Sontak yang lain teringat akan permainan truth or dare di rumah Adel. Di saat Ancala terang-terangan bahwa ia pernah menyukai Amara.

"BHAHAHAHAHA." Javas tertawa kencang sambil memegangi perutnya. "Lupa ada yang pernah menaruh hati tapi tidak hati-hati."

"Awas nanti ada yang merasa tersakiti padahal belum mengungkap isi hati." Tambah Maelynn.

"Awas nanti ada yang baper." Ujar Zein.

"Anca, muka lo biasa aja kali." Ledek Adel seraya menoel pipi Ancala dengan garpu.

"Jorok Del, itu garpu bekas jigong lo." Ancala kesal. "Lagian siapa sih orang yang kalian omongin barusan."

"Pura-pura nggak tau lo, Ca." Ucap Amara datar.

"Yaelah, Mar. Dari pada tau nanti mereka makin jadi ledekin gue." Balas Ancala.

"CIEEEE.... CIEEEEE......" Suara Javas mulai terdengar dari sudut-sudut area kantin.

STEP [LOVE] BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang