19 | Strawberry Cake

491 11 1
                                    

Hari Minggu waktu yang di tunggu-tunggu oleh Adel untuk bertemu Zein. Sesuai keinginan cowok itu, ia ingin momen termanis mereka harus di abadikan.

Tepat pukul 7 malam Adel sudah rapi dengan dress selutut berwarna cokelat. Ia menggerai rambutnya agar terlihat lebih simpel, di tambah make up yang tipis agar terkesan natural. Sekali lagi Adel memutar dirinya di depan cermin, melihat betapa cantiknya ia malam ini.

Adel melirik jam dinding di kamarnya, menghela napas karena Zein belum kunjung menjemputnya. Ia beranjak duduk di tepi ranjang, mengambil ponsel dan berniat mengirim pesan kepada Zein.

Mybofie😍
Zein, malam ini jadi, kan?

Adel memasukkan ponselnya ke dalam sling bag. Ia bergega menuju ruang tamu, ingin menunggu lelaki itu di sana.

"Momen bahagia! Semoga selalu bahagia!" Ujar Adel girang ketika menutup pintu kamarnya.

••••••••
.
.
.

"Kamu mau kemana?"

Zein tidak menjawab, masih sibuk memilih pakaian untuk pergi bersama Adel. Sedari tadi ia terus membongkar lemarinya untuk mencari baju yang cocok di pakai malam ini. Adel ingin mereka terlihat seperti couple. Zein mencari baju warna senada dengan Adel, cokelat. Tetapi baju yang ia punya hanya hitam dan abu-abu.

"Zein, mau kemana?" Rengek seorang gadis yang sedari tadi ikutan sibuk di kamar Zein.

Zein menghela napa gusar, berbalik dan menatap gadis itu dengan datar. "Gue mau pergi."

"Kemana? Aku boleh ikut?"

"Nggak."

"Kenapa ak----"

"Lya!" Potong Zein gemas, "Cukup lah, lo berhenti atur-atur gue. Gue berhak atas hidup gue sendiri. Tolong jangan halangin gue lagi."

Lya terdiam. Lalu membalas, "Kenapa? Aku ada hak untuk atur kamu. Kamu itu punya aku, Kak!"

"Kita adik kakak, Ly. Sewajarnya aja kalau mau atur-atur. Gue nggak pernah atur hidup lo."

"Aku tau. Tapi aku tetap menyangkal semua itu." Balas Lya tak mau kalah, "Aku pikir, kita cocoknya bukan jadi kakak-adik."

Zein mengerang frustasi, "Lo nggak waras! Otak lo geser atau saat di Singapore otak lo di ganti sama yang lain?!"

"Kak Zein!"

"APA!"

Suara teriakan Zein membuat Maya berhambur masuk dengan wajah panik. "Kenapa ini teriak-teriak?"

"Mah," Lya melangkah mendekat ke arah Maya. "Kak Zein nggak mau ajak Lya. Dia mau pergi."

Maya menatap Zein dengan sendu, sementara Zein mulai tak peduli. Ia langsung mengambil baju asal dan memakainya. Tanpa menunggu ucapan dari siapapun Zein pergi begitu saja.

"Mah!" Rengek Lya.

"Lya, biarkan Zein pergi. Dia hanya main dengan temannya, nanti juga pulang." Ucap Lya menenangkan.

Lya merotasikan kedua matanya, "Aku nggak percaya, siapapun yang berani rebut Kak Zein dari aku. Aku nggak segan-segan bikin hidup dia nggak tenang nanti!"

"Lya! Sadar, Nak. Dia kakakmu, nggak seharusnya kamu seperti itu."

"Aku nggak peduli, Ma!" Setelah berkata seperti itu, Lya pergi dari kamar Zein.

Maya menghela napas panjang. Ia tidak tahu harus berbuat apa dengan sikap Lya yang berubah 180 derajat. Sejauh ini Maya sudah cukup sabar dan melakukan segala cara agar Lya kembali seperti dulu.

STEP [LOVE] BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang