5 | Balas Dendam

1.2K 18 0
                                    

Enjoy epribadehhhh
.
.
.

"Mama kapan pulang? Adel kangen."

"Besok malam Mama sama Papah pulang kok. Besok hari Minggu jangan kemana-mana sayang, kita makan malam bersama ya."

Adel masih memperlihatkan wajah cemberutnya. Ia merasa ingin mengomel dengan Mamanya, biasanya setiap malam Adel selalu ngobrol dan makan bersama entah di luar atau di rumah bersama Evi. Lain hal untuk kali ini, Adel seperti seorang Kakak yang harus mengalah kepada Adiknya. Mengalah kepada Victor yang akan membawa Evi untuk tugas dinas dan sebagainya. Secara saat ini Evi sudah tidak bekerja lagi di perusahaan Victor.

Di bantu Victor, Evi mewujudkan keinginannya untuk membuka usaha butik. Adel memang tahu jika Mamanya itu ingin sekali punya butik sendiri, bahkan ingin punya brand sendiri. Namun, kendala ekonomi baik Evi dan Adel masih belum sanggup untuk mewujudkan hal tersebut.

Adel bersyukur Evi menikah dengan Victor yang hartanya sepuluh turunan tidak akan habis. Di sisi lain, menjadi anak konglomerat memang tidak sepenuhnya enak. Seperti yang dirasakan Adel saat ini, merasa kesepian di rumah besar tersebut.

"Adel...."

Panggilan suara dari seberang sana membuyarkan lamunan Adel. Gadis itu menatap wajah Evi yang tersenyum dari layar ponselnya.

"Iya, Mah?"

"Jangan sedih... Mama kan bakalan pulang. Rezeky Papah lagi bagus, Nak. Jadinya sibuk untuk ngurus bisnisnya. Kan ada Gallan di rumah."

Adel berdecak, "Gallan nyebelin, Mah! Dia nggak bisa jadi Kakak yang baik. Adel nggak suka!" Rengeknya.

Evi tertawa melihat raut wajah putrinya. Adel seperti bocah lima tahun jika sedang kesal. Itu yang membuat Evi merindukan anaknya.

Adel menceritakan kejadian ketika Gallan membuang semua sabun mandi dan skincarenya. Dan hal itu membuat Evi tertawa. Ia tidak menyangka jika kedua anaknya bisa bertengkar seperti anak SD.

"Lucu kalian." Komentar Evi.

"Kenapa lucu? Adel benci ya Mah sama Gallan!"

"Tapi dia mau jagain kamu, kan?"

"Ya iya sih. Lumayan."

Evi tersenyum, "Sayang, udah dulu ya. Mama sama Papah mau ketemu clien lagi. Nanti Mama kabarin lagi."

"Mama jaga kesehatan ya. Adel kan cuma punya Mama, nanti kalau Mama sakit Adel sedih. Adel nggak mau Mama kenapa-kenapa." Cerocos Adel.

"Sst! Ada Papah dan Gallan yang akan jagain Adel. Jangan merasa kesepian terus sayang. Sekarang keluarga kita kembali utuh."

Adel tidak menjawab. Detik berikutnya ia mematikan video call tersebut setelah Evi melambaikan tangan perpisahan.

Adel menghempaskan ponselnya ke atas ranjang. Ia menatap langit-langit kamarnya. Seketika air matanya keluar dari ekor matanya, menimbulkan sesak tanpa suara.

Setelah sore hari ia bahagia bersama Zein dan bertengkar dengan Gallan, itu membuat dunia Adel sedikit berwarna. Dan, malam ini, gadis itu merasa sedih. Ia lebih baik tinggal berdua dengan Evi dibanding saat ini.

Adel belum sepenuhnya siap. Tapi skenario hidupnya sudah tertulis seperti sekarang.

Tanpa sepengetahuan Adel, di luar kamarnya Gallan mendengar semua pembicaraan Adel dan Mamanya. Niatnya ia hendak ke kamar Adel ingin menganggu gadis itu. Namun, setelah melihat raut kesedihan Adel ia mengurungkan niatnya. Gallan memang rese, tapi masih punya hati untuk mengerti kondisi Adel saat ini.

STEP [LOVE] BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang