"Ly, lo yakin nggak bakal ketahuan?" Suara Meyla lagi-lagi membuat Lya terganggu di sampingnya.
Lya yang sedang sibuk melihat-lihat cetakan foto di tangannya mendengus sebal. Ia melirik sekilas ke arah Meyla. "Kalau lo nggak berisik, nggak akan ketahuan."
"Tapi--"
"Bacot, ah!" Lya memasukan kumpulan foto ke saku jaket jeansnya. Lalu ia memakai masker dan menggunakan topi.
"Cepetan pakai masker sama topinya!" Gemas Lya kepada Meyla yang sedari tadi hanya bengong saja. Meyla patuh dan mengikuti instruksi dari Lya.
Kini mereka tengah berada di bagian belakang gedung SMA Wardana. Pukul 4 dini hari mereka sudah berada di sana. Lya dengan niat liciknya benar-benar ingin membuat Adel menderita. Berkat pertemuan tak sengaja dengan Gallan yang mengakibatkan tertinggalnya kamera milik lelaki itu, membuat Lya tidak ingin menunda aksinya lagi. Selama ini ia cukup sulit untuk melacak Adel. Tidak mungkin ia bertanya banyak hal kepada Zein, lelaki itu tidak akan memberitahunya.
"Siap?" Tanya Lya dan Meyla mengangguk. Gadis itu tahu jika sahabatnya itu terpaksa. Tetapi Lya tidak peduli, ia juga tidak mau melakukannya seorang diri.
Keduanya masuk melalui akses pintu belakang. Tidak usah ditanya bagaimana mereka bisa. Semua Lya yang tahu dan gadis itu cukup cerdik dalam hal menyelinap.
Mereka sudah sampai disebuah lorong yang diterangi lampu remang. Tentu saja penjaga sekolah belum berkeliling lagi di jam segini. Hal itu membuat Lya tersenyum puas bukan main. Lya membagi sebagian foto-foto tersebut kepada Meyla. Gadis itu menempel sebagian foto tersebut ke mading. Tidak hanya di satu lantai saja, mereka menempel foto-foto tersebut di mading yang berada di lantai dua.
"Selesai!" Pekik Lya girang.
Mereka sudah berhasil keluar dari gedung sekolah tersebut setelahnya
"Kalau Kak Zein tahu ini perbuatan kita bagaimana?"
Lya jengah. Ia heran kenapa sahabatnya setakut ini. "Nggak akan, Mey. Dia juga nggak bakal kepikiran kalau ini kelakuan gue. Udah lo tenang aja. Semua aman kalau gue yang atur."
******
Bisikan tidak hanya di satu sisi yang terdengar. Semua arah telah menunjuk Adelia sebagai tersangka. Seakan ia baru saja digrebek karena melakukan hal kriminal. Jiwa Adel terguncang, tubuhnya tidak berhenti gemetar dibarengi derasnya air mata.
Hal yang selama ini ia takutnya akhirnya terjadi. Tetapi, hal tersebut sangat di luar ekspektasinya. Bukan hanya orang tuanya yang tahu lebih dulu, melainkan orang lain yang notabene tidak begitu mengenal Adel secara personal.
Tubuh Adel lunglai ketika ia sampai di teras rumahnya. Kejadian di sekolah benar-benar membuatnya bungkam. Bahkan ia melihat sahabatnya serta genkk JAZ terdiam setelah mengetahui sebuah fakta jika foto-foto yang tersebar itu memanglah dirinya. Bukan hanya itu, caci maki terdengar sampai ia keluar dari gedung Wardana. Entah siapa yang sudah melakukan hal ini, Adel tidak ingin mencari tahu lebih dulu. Mentalnya sangat tersentil saat ini.
Terakhir kali ia melihat Zein dengan raut wajah yang sulit dibaca tengah mencabut foto-foto dirinya dan Gallan di mading. Setelahnya, Adel memilih untuk pergi dari sana.
"ANJINGGGG!!!"
"GALLAN ANJINGGGGG!!!"
Hiks.. Hiks... Hiks....
Adel menangis tersedu-sedu di teras rumah. Seketika tubuhnya ambruk di atas lantai. Ia menarik kedua lututnya, ingin memeluk dirinya yang sangat menyedihkan. Lebih tepatnya dirinya yang tidak tahu diri. Ia yakin setelah ini orang-orang sudah mencapnya sebagai gadis murahan, pelacur atau bahkan lebih parah dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP [LOVE] BROTHER
Любовные романыWARNING 🔞 [TAMAT] ****** #1 - anakkuliah Setelah pernikahan kedua orang tua mereka, Adelia dan Gallan menghadapi hidup sebagai saudara tiri yang selalu bertengkar setiap waktu. Pertemuan pertama Adelia dan Gallan tidak begitu baik. Bahkan mereka...