Chapter 17 Of ETAG.

8.6K 1K 14
                                    

Kembali lagi bersama Rheyla si pecinta Spongebob, suka Plankton<3

Jujur Rhey mau cerita kalo pas nulis dada gue sakit tiba-tiba padahal nggak ada gejala jantung, his jamet njirr.

Oke, langsung aja.

— Let's see ETAG —

(𝐏𝐞𝐧𝐲𝐢𝐡𝐢𝐫 𝐀𝐠𝐮𝐧𝐠 ; 𝐋𝐚𝐲𝐭𝐡𝐨𝐧)

***

Azuya duduk dengan wajah kesalnya menatap ke arah luar kereta, lelaki yang tak lain adalah Arthur membawanya pergi untuk menemui Penyihir Agung di kekaisaran ini.

Sedari tadi ia terus saja dibuat kesal dengan sikap lelaki ini yang selalu seenaknya, sama saja seperti Xavier. Walau menurutnya Xavier masih normal dalam mencintai seseorang, beda lagi dengan lelaki obsesi ini.

Hampir saja tadi malam ia di terkam oleh lelaki di sampingnya ini, padahal pakaian yang ia gunakan hanya piyama biru tua polos yang sering ia pakai di dunianya dahulu.

Memang lelaki aneh, padahal hanya piyama!

Ya, Azuya juga tidak tahu jika penampilannya yang seperti itu membuat Arthur terangsang, dengan piyama seperti itu dan rambut Azuya yang di cepol asal ke atas menambah kesan seksi pada dirinya.

Oh ayolah, Arthur juga seorang lelaki normal yang bisa terangsang jika melihat pemandangan seperti itu!

Padahal niatnya baik ingin mengajak gadis itu makan malam bersama di dalam kamar, namun malah di buat gila dan tidak tahan ketika melihat Azuya seperti itu.

Dan sekarang juga Azuya di buat kesal dengan Arthur yang memeluk pinggangnya sembari menaruh wajahnya di ceruk lehernya, bahkan sudah ada bercak kemerahan di sana akibat lelaki gila ini.

"Wangi sekali, sayang." Lelaki itu berbisik di telinga gadis itu, terdengar berdamage sekali pokoknya.

Azuya hanya diam, sudah di bilang ia tengah kesal, lagipula tak ada gunanya meladeni lelaki tak berguna di sampingnya ini.

Perjalanan itu membutuhkan waktu satu jam, barulah sampai di sebuah menara besar yang menjulang tinggi ke atas.

Karena kekuatan yang gadis itu miliki dapat di ia rasakan jika di luar pagar pembatas itu ada energi yang kuat, yang membatasi sihir jahat masuk ke dalamnya kecuali diizinkan.

Ia memandang menara itu dengan pandangan yang sulit di artikan, antara kagum, penasaran, dan sedikit takut karena memang terlihat menyeramkan.

"Ayo, kita bertemu Laython!" Ajak Arthur sembari menggenggam tangan Azuya, dan menariknya perlahan mengikuti lelaki itu.

Azuya ikut saja, namun matanya tak lepas dari bangunan tua itu, indah dan terlihat misterius juga menurutnya.

Baru saja Arthur sampai di depan pintu, pintu itu terbuka dengan sendirinya menampilkan lelaki tua dengan rambut dan jenggot panjang berwarna putih, mirip sekali dengan penyihir-penyihir yang ada di film-film fantasi yang pernah ia tonton.

Azuya memandang pria tua itu penasaran. 'Apa ini si Laython?' Batinnya bertanya-tanya.

Namun ucapan pria tua itu membuat Azuya menghilangkan pemikiran itu. "Tuan Laython sudah menunggu anda, Duke Riquelle." Ujar pria itu.

Pria tua itu melirik Azuya penasaran. "Siapakah dia, Tuan Duke?" Tanya pria itu.

Arthur menatap ke arah gadis cantik di sampingnya. "Tunanganku." Perkataan itu membuat pria tua di depannya terkejut bukan main, setahunya Arthur tidak memiliki pasangan sebelumnya, dan ini sudah bertunangan? Bahkan mereka terlihat sangat mesra.

Pria tua itu cepat tersadar dan mempersilahkan mereka masuk, dengan membimbing keduanya menuju sebuah ruangan yang terdapat si Penyihir terkuat, atau Penyihir Agung.

Azuya melihat interior menara ini yang terlihat kuno dan seram, memancing adrenalin seseorang sekali tempat ini!

Ketika mendekati sebuah ruangan dapat Azuya rasakan ada Manna yang sangat kuat berasal dari dalam sana, dan itu sedikit mengganggunya.

Baru saja ingin memasuki ruangan itu perut Azuya berbunyi, membuatnya merutuki perut sialannya ini.

Apalagi berbunyinya kuat sekali sampai di dengar oleh lelaki di sampingnya, dan pria tua di depan mereka. Azuya menggigit bibirnya malu, sedangkan Arthur terkekeh geli mendengar hal itu, namun ia juga merasa bersalah karena tidak menyuruh gadis itu makan saat ingin datang kemari.

Memang, karena masih marah dengan lelaki itu jadinya malah mengurung diri di kamar, dan jangan lupakan ia menaruh sihir agar tidak bisa di buka, sampai lelaki itu menggunakan sihirnya lalu menghancurkan pintu. Lelaki itu juga lupa memberinya makan dan langsung mengajaknya kemari.

Pipi Azuya memerah sembari cengengesan menatap Arthur, jujur ia memang malu karena hal ini. Dan jangan lupakan jika ia tersenyum ikhlas seperti ini akan menambah kesan lucu dan menggemaskannya.

Arthur yang melihat gadisnya tersenyum manis begitu merasa gemas sendiri, lelaki itu langsung mencubit kedua pipi gadis itu lalu menciuminya tanpa memperdulikan pria tua di depannya yang hanya bisa bersabar melihat orang-orang muda di depannya.

"Lucu sekali. Kau mau makan sayang? Maafkan aku karena lupa mengajakmu makan tadi pagi." Lelaki itu mengacak rambut gadisnya lalu kembali tersenyum lembut ketika menatap wajah itu.

"Iya, mau makan." Ujar gadis itu dengan wajah di imut-imutkan, demi makanan apapun harus dilakukan!

Lelaki itu terkekeh lalu menatap pria tua di sampingnya, ia memberi kode agar memberi makan gadis cantiknya ini.

"Ya sudah, kau ikut Demos ya?" Mengerti apa maksud lelaki itu ia tersenyum senang, lelaki itu masuk setelah mengacak sedikit rambut gadis itu.

Pria tua itu berjalan lebih dahulu ke lain arah kembali. "Mari, nona." Panggil pria yang bernama Demos itu dengan damai.

Azuya dengan senang hati mengikutinya, makan gratis siapa yang mau nolak?!

Hahahaha... Tentu Azuya tidak akan menolak, namanya gratisan harus di terima dengan senang hati!

***

Azuya sudah habis makan, dan ternyata makanan disini tak kalah enak dengan yang ada di istana kekaisaran dan juga di kediaman Duke. Enak dan gratis!

Gadis itu berjalan-jalan setelah meminta izin kepada pria bernama Demos itu. Pria itu tidak melarangnya karena tahu gadis di depannya hanyalah gadis biasa. Padahal, berbeda lagi dengan kenyataannya.

"Tem, bagusnya gue kemana yak?" Tanya gadis itu dengan terus berjalan-jalan di koridor yang ada di menara ini.

"Tidak tahu tuan, saya tidak punya rekomendasi." Ujar sistem dengan ketus, ia sudah sering merekomendasikan sesuatu tapi tak pernah dituruti oleh tuannya ini.

Jadi lebih baik tidak usah rekomendasi.

Wajah Azuya di tekuk. "Yah, lo mah gitu tem!" Kesalnya.

Azuya kembali berjalan sembari melihat lihat isi tempat ini, daripada pergi mengikuti pertemuan Arthur yang membosankan lebih baik ia jalan-jalan saja.

Karena terlalu asik dengan rutinitas jalan-jalannya ini, ia tanpa sengaja menabrak seseorang yang membuatnya meringis sembari memegang dahinya.

"Kau tidak apa-apa, Nona?" Tanya lelaki yang menabraknya, suara beratnya membuat Azuya mendongak menatap manik bernetra emas yang tentunya sangat indah dilengkapi dengan rambut coklat madu itu.

Lelaki itu, Laython.

***

Jujur ini dada masih sakit jadi nggak bisa nulis panjang karena otak buntuh terhalang oleh rasa sakit ini.

Besok kuusahain panjang hehe.

Btw, panggil Rhey aja, jangan Author atau apapun itu.

Makasih udah support Rheyy yaa, aku terhuraaa...

See you in the next chapter!<3
— 🪨 —

Extraordinary ; Troublemaker Agent Girl (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang