- Let's see ETAG -
(𝐓𝐫𝐮𝐭𝐡)
***
Azuya terdiam ketika mendengar ucapan lirih dari Ares, ia menatap lelaki itu yang juga menatapnya dengan sendu.
'Dia kenapa, tem? Mereka udah tahu ya?' Tanyanya kepada sistem dengan tersenyum kecut.
"Kan sudah saya bilang, beritahu saja pada mereka, supaya mereka nggak makin sakit jika tuan menunda-nunda seperti ini." Ujar sistem sok bijak kalo kata Azuya.
Azuya mengangguk saja. "Selamat ya, Duke Riquelle. Semoga nona Velenna menerima lamaran anda." Ia tersenyum ke arah Arthur, namun bukannya balas tersenyum Arthur malahan memandangnya datar, di sertai dengan banyak tatapan mengejek ke arahnya.
Azuya akhirnya memilih untuk menormalkan ekspresinya. Di balik gaun sepanjang mata kakinya, kedua kakinya tengah saling berinteraksi karena keresahannya ini.
Ia memandang ke bawah, lebih tepatnya menatap gaunnya. Gadis itu lalu mengangkat kepalanya, mendapati semua tatapan menelisik mengarah kepadanya.
"Emh, kenapa?" Tanya gadis itu dengan wajah kebingungannya, yang malahan terlihat lucu.
"Kau Sena bukan?" Tanya Laython membuat gadis cantik itu mengangguk. "Sena, Aza, Azuya." Perkataan itu membuat Azuya menegang singkat, namun langsung bisa ia normalkan.
"Ya, Azuya itu namaku juga. Alias nama samaran ketika menjadi ksatria bayangan." Ujarnya dengan wajah datar ketika menatap ke arah Laython. Tuhkan jadi tidak mood.
Mereka menghela nafas panjang, sepertinya susah sekali membuat gadis ini membuka kedoknya.
Flashback On.
Azuya tengah berjalan menuju perpustakaan setelah mendapatkan hadiah dari sistem, ia sebenarnya penasaran saja dengan isi perpustakaan di istana ini. Jika di istana Evander, perpustakaannya besar dengan warna coklat tua dan ada gambar-gambar kuno pada atap ruangan tersebut, sangat klasik sekali.
Gadis itu berjalan dengan riang menuju ke sana. Lagipula Ares tengah pergi berbincang-buncang dengan orang-orang penting. Ya, tidak penting-penting amat, karena orang-orang itu semuanya adalah calon suami Azuya, begitu kata sistem.
Azuya membuka pintu perpustakaan umum yang sama sekali tidak di jaga, pemandang pertama yang ia lihat adalah ruangan besar dengan atap kaca tembus pandang, juga dengan lapisan dinding yang berwarna biru pudar. Sangat indah menurutnya.
Azuya segera berjalan-jalan mengelilingi perpustakaan tersebut, dari buku sejarah, pelajaran memusingkan yang terdapat hitung-menghitungnya, buku untuk healer, buku sihir, buku dongeng, bahkan ada novel yang di buat oleh orang-orang sini. Dan ya, salah satu novel dengan judul Si Cantik Pengacau menjadi pilihannya.
Ia duduk di salah satu kursi yang ada di sana, lama ia membaca buku tersebut dengan teliti, sesekali bibirnya bergumam dan keningnya berkerut dengan pandangan mata berbeda-beda setiap membaca novel tersebut.
"Anjirr! Masa ceritanya mirip sama cerita gue. Tem, gimana nih tem?! Jangan-jangan si author Aurcala itu mengangkat kisah ini dari kehidupan gue lagi? Masa dia... "Azuya terus saja membeberkan kekesalannya dengan suara lantang dan keras kepada sistem, sehingga membuat suaranya terdengar sampai ke setiap sudut ruangan perpustakaan, orang yang baru akan masuk juga pasti langsung bisa mendengarnya.
Begitu juga dengan para lelaki tampan yang terdiam membeku ketika mendengar kekesalan gadis itu, di tambah dengan Azuya yang mengubah-ngubah dirinya, lalu bertingkah seolah-olah tengah menjadi tokoh dari novel jahanam yang ia baca itu. Bukan itu masalahnya, di cerita ini di ceritakan jika si gadis menyukai semua pria, oh tidak lebih tepatnya mencintai, berbeda lagi dengan Azuya yang masih bingung dengan perasaannya.
Lagipula ia sudah pernah bilang jika ia orang jahat, dan orang-orang tentu tidak akan percaya dengan orang jahat, benar bukan?
Setelah merasa puas, Azuya mengatur nafasnya lalu mengubah dirinya kembali menjadi gadis bermata perak. Ia berkacak pinggang lalu menatap novel itu, dan menyampirkannya di sisi meja paling ujung.
Azuya mengambil satu novel lagi berjudul Empat Pangeran Posesifku, namun di bawah tulisan tersebut terdapat tulisan Fakta sebenarnya: draf 1. Tanpa memperdulikan tulisan tersebut Azuya membaca novel yang menurutnya sangat persis dengan judul novel yang sedang ia masuki ini.
Ia mengernyit lalu sesekali menggertakkan gigi ketika mengetahui semuanya. "Lah tolol! Ini kenapa jadi begini ceritanya? Perasaan nggak kayak gini, bentar-bentar," gadis itu kembali membaca cover novelnya, dilihatnya di situ nama si penulis yaitu Larhetaa. "Lah, berarti ini emang novel sebenarnya dong? Ini jugakan draf pertamanya, tapi rombaknya kebanyakan anjir!" Keluhnya sembari membolak-balikkan halaman novel.
"Hm..." Ia memandang ke atas sembari berpikir. "Yaudahlah, gue simpen aja." Gadis itu mengambil novel tersebut, lalu berjalan keluar dari perpustakaan tersebut.
Ia tidak tahu saja, bahwa semua kekesalannya itu sudah di dengar oleh para lelaki yang menganggap dirinya berarti dalam hidup mereka.
Flashback Off.
"Sudahlah, katakan saja kau itu adalah tiga orang yang sama! Sena yang di kenal Pangeran Jozhen, Duke Arthur, Marquess Gryson, Savero. Sena dengan wajah lain yang di kenal keempat Pangeran Mahkota, juga aku, Pangeran Arzhero dan Laython yang mengenalmu dengan nama Azareya. Iyakan?" Tanya Lakshan yang sudah teramat kesal dengan gadis di depannya yang sayangnya adalah gadis pujaannya juga.
Azuya menatap mereka dengan pandangan terkejut, namun tak lama ia malahan tersenyum dan terkekeh kecil.
'Benar katamu ternyata, mereka sudah tahu.'
***
Cuma dikit huhuuuu aku gatau mau nulis apalagi, dan maaf baru updateee, nanti sebentar kalo bisa ya aku update lagi.
Maafin yaa? 😗
Udah ketahuan gesss :)
Gimana ya selanjutnya, hayolohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhBye byeee ♡♡♡♡♡♡♡♡♡
See you in the next chapter!<3
- 🪨 -
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary ; Troublemaker Agent Girl (END)
FantasyDalam kamus halaman pertamanya, hanya ada kata mengacau. *** Azuya Xyzena Joseline, gadis mungil cantik yang adalah seorang agen dalam sebuah organisasi rahasia. Saat menjalani sebuah misi, seorang wanita gila dengan sengaja menembaknya, membuatnya...