— Let's see ETAG —
(𝐁𝐌 : 𝐁𝐢𝐭𝐜𝐡, 𝐌𝐲𝐬𝐭𝐞𝐫𝐲)
***
Tiga orang lelaki tengah berbincang di tempat sepi, dua dari mereka seperti tengah menawari sesuatu dengan lelaki lainnya.
"Bagaimana Marquess?" Tanya salah satu dari mereka dengan senyum mengembang.
Lelaki yang menjabat Marquess itu mengangkat sebelah alisnya, ia lalu ikut tersenyum miring.
"Rencana yang bagus, tapi apa yang akan saya dapatkan?" Tanyanya, kepada dua orang di depannya. Suasana di sana sedari tadi menajam hanya karena hal itu.
Keduanya terdiam sejenak, lalu salah satu dari mereka menjawab. "Apa saja yang kau inginkan, jabatan, uang, atau wanita?"
Marquess itu terdiam ketika mendengar tawaran yang terakhir, ia tersenyum miring. "Aku hanya mau Sena."
***
Seorang gadis tengah membaca buku, gadis cantik itu tengah duduk di perpustakaan sembari membaca sebuah buku dengan teliti.
Tak lama ia menutup buku itu dengan raut wajah bercampur aduk. "Pengorbanan?" Ia menopang dagunya dengan terus bertanya-tanya.
"Tapi siapa?" Gadis yang tak lain adalah Azuya terus saja mengoceh tak jelas, ia pusing dengan teka-teki sialan yang di tulis dalam buku tersebut.
Tak lama dari itu, seorang lelaki masuk ke dalam perpustakaan sembari mencari sesuatu, ketika mendapati Azuya di sana lelaki itu melangkah ke arahnya.
"Sayang, sedang apa di sini?" Tanya lelaki itu yang tak lain adalah Ares, lelaki itu mengelus rambut gadisnya yang sedang menelengkupkan kepala di atas meja.
Azuya mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Ares. "Baca buku." Jawab Zuya seadanya.
Ares ikut duduk di samping gadis itu, menariknya kedalam pelukan hangat sang empu. "Tapi sepertinya, kau akan tertidur?" Tebaknya sembari mengelus lembut kepala Azuya, gadis itu hanya berdehem sebagai jawaban menurutnya jika Ares tak terlalu agresif seperti lelaki lain maka aman-aman saja.
Gadis itu akhirnya memilih tidur sedangkan Ares menjaganya agar tidak terganggu, ia mengambil buku yang tadinya di baca oleh gadisnya itu. Buku berjudul “ пъзели ” Ares mengernyit heran membacanya, ia membuka buku itu lalu menutupnya lagi karena menurutnya membosankan, jika ia adalah Evander mungkin dengan senang hati akan membaca buku itu.
"Hufhh... Sudahlah, lebih baik membawanya ke kamar." Setelahnya Ares menghilang dari sana bersama Azuya.
***
Azuya menghela nafas ketika mendapati tangan yang melingkar di pinggangnya, lelaki itu baru selesai mandi setelah latihan pagi bersama para Pangeran lainnya yang nanti akan pergi sebentar sore.
"Lelah." Keluhnya kepada gadis itu.
"Istirahat." Jawab gadis itu memberi saran, yang seharusnya sudah di ketahui untuk orang sepintar Ares.
Lelaki itu malah berdehem sembari menyelusup masuk ke dalam ceruk leher gadis itu, mencium aroma melati, daun teh, dan mint yang bercampur menciptakan aroma penenang yang sangat enak untuk dinikmati.
"Apa di bawah—"
Belum melanjutkan ucapannya, Ares langsung memotong. "Iya, di bawah para Putri tengah berbincang sembari meminum teh," Azuya mencubit pinggang lelaki itu membuat Ares mengaduh kesakitan. "Sayang, ihh!"
"Makanya dengar dulu, jangan di potong!" Ujarnya sembari membalikan badan menatap ke arah lelaki itu yang jauh lebih tinggi.
Ares tetap memeluknya, wajahnya yang datar berubah cemberut membuat Azuya menatapnya aneh namun merasa lucu dengan wajah lelaki itu.
"Lalu apa yang ingin kau katakan?" Tanyanya sembari menyetarakan tingginya dengan gadis kecil itu.
"Apa di bawah para Pangeran sedang memanah?" Tanyanya kepada Ares dengan mata berbinar.
Ares mengerutkan keningnya lalu mengangguk. "Iya, memangnya kenapa hm?"
"MAU IKUT!" Hebohnya membuat Ares sedikit terkejut namun tak lama terkekeh, ia tahu betul jika gadis ini suka memanah, karena pertemuan pertama mereka juga gadis itu sedang membawa panahan.
"Ya sudah boleh." Ujarnya yang membuat Azuya tambah semangat, tapi senyuman di bibirnya memudar ketika mengingat sesuatu.
"Apa para Putri juga tengah duduk di dekat para Pangeran yang sedang memanah?" Tanyanya.
Ares mengangguk mengerti. "Ya, ada lalu, tidak apa-apa kan?"
Azuya menggeleng. "Aku tidak mau, bagaimana jika aku menyamar saja?" Tanyanya kepada lelaki itu.
"Ya terserah kau saja."
***
Azuya berjalan di belakang Ares dengan badan tegaknya, dan wajah datar yang malahan terlihat lucu, bukan apa-apa tapi Azuya sekarang tengah menjadi dirinya di kehidupan dahulu, mata bulat berkilau, bibir tipis, hidung mancung dan jangan lupakan pipi chubby itu.
Gadis itu hanya memakai celana kulot berwarna krem, dengan kaos hitam dan juga kemeja kotak-kotak hitam-putih kesukaannya, namun kali ini dengan tubuh yang tingginya 173 cm.
Bahkan Ares sempat kebingungan ketika gadis itu keluar dari kamar mandi, seperti bukan dirinya dan pakaian yang ia gunakan juga terlihat aneh.
"Siapa dia Pangeran?" Tanya seorang gadis dengan suara mendayu-dayu.
Azuya dan Ares menatap gadis itu dan juga ada beberapa gadis yang sudah berdiri, sepertinya mengikuti keduanya?
"Ksatriaku." Para gadis itu tampak melirik sinis ke arah Azuya.
'Apasih mereka ini? Menyebalkan.' Batinnya ketika melihat lirikan mereka, ada juga beberapa menatapnya penuh cemooh.
"Memangnya seorang gadis bisa menjaga Anda, Pangeran? Aku tidak yakin, mungkin saja dia hanya cari kesempatan. Lihat saja pakaian anehnya yang seperti jalang." Seorang Putri yang lain dari mereka berbicara sembari menatap jijik ke arah Azuya, namun ada tatapan iri juga di sana.
Ares menatap ke arah Azuya khawatir, lalu beralih menatap Para Putri tajam. "Lalu kalian? Bagaimana dengan dada kalian yang hampir terekspos, ingin menjadi jalang juga? Tak kusangka para Putri akan semenjijikan kalian." Bukan Ares yang berucap tapi Azuya, siapa suruh mengundang mulut pedasnya untuk terbuka, Azuya ini ucapannya lebih pedas dari netizen tak akan di saring sama sekali.
Wajah Azuya tetap datar ketika melihat ke arah mereka, ia tak perlu takut di penjara lagipula ia bisa pergi kemana pun yang ia suka, dan juga pasti sistem akan membantunya di tambah dengan para Pangeran tampan itu yang pastinya akan selalu melindunginya.
Ares tetap diam tidak mempermasalahkan ucapan gadisnya itu, lagipula itu memang fakta beberapa dari mereka memamerkan belahan dada yang tak seharusnya mereka perlihatkan untuk pria yang tidak memiliki status lebih dengan mereka.
Siapa suruh juga, pakaiannya yang selalu suka ia pakai ini di sebut pakaian jalang, memang tidak tahu trend fashion saja mereka.
Para Putri itu terlihat menahan amarah. "Kau tahu hukuman karena sudah menghina keluarga kerajaan?!" Tanya salah satu dari mereka yang juga memakai gaun, seperti yang di katakan oleh Azuya tadinya.
"Maaf, saya bukan menghina tapi mengatakan kebenaran," Azuya tersenyum miring ketika mengatakan hal itu, para Putri bungkam ketika mendengarnya. "Bye bitch!" Azuya berlalu diikuti oleh Ares yang baru saja tersadar dari kekagumannya.
"TUAN DAEBAK!" Puji sistem kepada Azuya.
'Oh iya dong!' Pedenya sembari tersenyum senang, sekarang yang akan ia lakukan adalah menantang para Pangeran memanah!
Akan kukalahkan kalian!
***
See you in the next chapter!<3
— 🪨 —
KAMU SEDANG MEMBACA
Extraordinary ; Troublemaker Agent Girl (END)
FantasiDalam kamus halaman pertamanya, hanya ada kata mengacau. *** Azuya Xyzena Joseline, gadis mungil cantik yang adalah seorang agen dalam sebuah organisasi rahasia. Saat menjalani sebuah misi, seorang wanita gila dengan sengaja menembaknya, membuatnya...