01

210 34 0
                                    

Yuju menatap pantulan dirinya di cermin. Sungguh berantakan. Wajah pucat, mata bengkak, rambut kusut tidak karuan, baju kotor dan bau.

Pantas saja pria berambut biru tadi menutup hidungnya saat melewati Yuju.

Lekas Yuju membuka lemari, mencari baju di antara banyaknya baju yang sekiranya cocok buat dia.

Setelah itu, Yuju beregas mengganti bajunya karena ketukan pintu dari luar yang semakin lama semaking kencang, tidak lupa Yuju juga meminum air yang dibawa oleh pria berambut biru tadi.

"Lama sekali sih," runtuk pria berambut biru dengan tangan terlipat di dada, memandang Yuju dengan galak.

"Maaf," kata Yuju tidak berani lama-lama menatap si pria, lantas menutup pintu kamar yang tentulis angka 1004.

"Ikut aku," titah si pria lalu memutar tubuh, berjalan dengan langkah lebar.

"Kita mau kemana?"

"Tidak usah banyak tanya."

"Aku perlu tahu dong! Gimana kalau ternyata kamu mau membawaku ke tempat berbahaya?"

Pria di depan Yuju berbalik, masih dengan tangan terlipat di dada, dia memandang Yuju sinis, "Orang mati tidak takut tempat berbahaya!"

"CK! Apasih orang mati orang mati! Aku ini punya nama ya!" kata Yuju marah, menghentakan kaki dengan penuh emosi, berharap dengan marahnya itu, pria di depannya ini jadi tidak seenaknya padanya.

Tapi, bukannya takut atau apa, pria di depannya ini tersenyum tipis, lalu memutar tubuhnya dan berjalan lagi.

"Namaku Yuju, Choi Yuju. Kau dengan tidak, HAH?!" omel Yuju berjalan dengan langkah lebar mengikuti pria di depannya.

"Hey, dengar tidak?! Namaku Yuju, Yuuuuuuu Juuuuuuu!"

"Namaku Yuju, Yuju, Yuju!'

"Panggil aku Yuju!"

Seketika pria berambut biru itu berhenti melangkah, lantas melirik pintu di sampingnya.

"Sudah sampai, sana masuk, Nona Yuju," kata pria itu tersenyum yang seperti dipaksakan.

"Tidak mau."

"Harus mau."

"Tidak sebelum kamu bilang ini ruangan apa dan aku akan diapakan!"

"Ini ruang kesehatan dan seseorang di dalam sana akan mengobati lukamu!"

"Luka? Luka apa?" tanya Yuju yang kemudian jadi teringat dengan leher dan beberapa luka di tubuhnya.

"Sana cepat masuk, aku tunggu di sini," titah pria itu membuka pintu, tapi bukannya masuk, Yuju justru memandang sengit pria yang ada di depannya.

"Aku ini kan sudah mati, buat apa juga diobati?"

Pria di depan Yuju membuang napas lelah, lantas memutar matanya, "Bisa tidak sih menurut saja? Kamu terlalu banyak omong!"

"Tidak!"

"Argh! Yasudah, terserah. Biarkan lukamu membusuk, dipenuhi belatung, dan akhirnya kau tinggal di sini selamanya!" kata pria itu frustasi, mengacak rambutnya sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan Yuju.

~~~
050323
Ast.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang