17

64 19 1
                                    

Seminggu yang lalu.

Taehwan dan Gon baru saja kembali dari berpatroli ketika tiba-tiba melihat sesuatu yang seperti manusia terbaring di antara semak-semak.

Dengan langkah cepat, keduanya mendekati objek tersebut yang ternyata benar manusia, seorang perempuan dengan rambut panjang terurai dan dress berwarna putih.

Dengan hati-hati, Gon melepaskan tali yang melilit leher si perempuan, sementara Taehwan meraih pergelangan tangan si perempuan.

"Masih hidup," kata Taehwan berhasil memastikan kalau perempuan itu masih hidup.

Petir tiba-tiba menyambar saat Taehwan dan Gon masih berpikir tentang siapa perempuan di depan mereka ini.

"Sebentar lagi hujan, kita harus bagaimana?" tanya Gon melihat ke langit yang gelap.

"Kita bawa dulu ke rumah, baru kita pikirkan langkah selajutnya," kata Taehwan mengambil keputusan.

Sampai di rumah, Yeonggwang dan Ahxian dibuat bingung karena Gon menggendong seorang perempuan di punggungnya.

"Kak, bawa siapa?" tanya Ahxian bingung.

"Entah," kata Gon dengan napas terengah-engah, kelelahan.

Membawa diri untuk melewati jalanan berlumpur saja sudah sulit, ini ditambah dengan membawa seorang perempuan!

Perempuan itu lalu dibaringkan di atas kasur, lantas diselimuti dengan selimut yang cukup tebal.

"Di perjalanan pulang kami bertemu dia di dekat pohon jati dan kondisinya sudah tidak sadar," ucap Taehwan masuk ke kamar dengan membawa handuk untuk Gon mengeringkan rambutnya.

"Tapi kemarin, saat aku lewat sana aku tidak melihatnya," kata Ahxian yang kemarin sore berpatroli di sekitar rumah.

"Itu artinya dia datang tadi malam," kata Gon.

"Apa dia tidak takut ya malam-malam ke hutan?" tanya Yeonggwang yang membayangkan saja sudah ngeri.

"Bagaimana kalau dia dibunuh?" ucap Ahxian, "Maksudku, mungkin dia korban pembunuhan atau apalah?"

Taehwan menggeleng, memandangi wajah pucat perempuan di depannya.

"Dugaanku, dia sendiri yang berniat mengakhiri hidup," kata Taehwan mengingat tali yang melilit dilehernya dan melihat tangan si perempuan yang penuh dengan sayatan.

"Ya kalau begitu buat apa juga ditolong! Biar saja, itu kan kemauan dia, kita gak boleh ikut campur," kata Yeonggwang.

"Memang, harusnya begitu, itu hak dia. Tapi kita itu punya Tuhan, jadi mana boleh mendahului keputusan Tuhan," kata Taehwan, "Ditambah lagi, dia sedang hamil, jad..."

"Apa? Hamil?" kata Ahxian kaget. "YANG BENAR?"

Karena terlalu berisik, Taehwan jadi membawa Gon, Yeonggwang, dan Ahxian keluar dari kamar.

"Dia hamil? Tahu dari mana?" tanya Gon.

"Ini," kata Taehwan mengeluarkan alat tes kehamilan. "Garis dua tandanya hamil."

"Yaampun, hampir saja anak yang tidak tahu apa-apa di dalam perut itu mati begitu saja."

"Terus sekarang harus kita apakan dia?"

"Tentu saja merawatnya, apalagi?"

"Kenapa juga kita harus merawat dia? Bikin pekerjaan tambah banyak," keluh Yeonggwang.

"Binatang saja kita tolong dan rawat, kenapa manusia tidak?"

Yeonggwang mengembungkan pipi, "Iyasih, tapi... gimana kalau kita lapor saja ke kantor pusat?"

"Tidak bisa, dengan kondisinya sekarang yang tidak stabil bisa-bisa dia melakukan hal yang lebih ekstrim."

"Benar juga, kalau kita bilang dia masih hidup, dia pasti cari cara lain untuk mati," angguk Ahxian.

"Kita juga bakal kena tegur karena kecolongan ada orang masuk kawasan tanpa izin," tambah Taehwan.

"Kalau begitu, kita harus bilang dia sudah mati saja," usul Gon.

"Ha?"

"Dan bilang kita hidup di alam antara yang mati dan hidup," lanjut Gon.

"Kak, sepertinya kamu kebanyakan nonton drama," komentar Yeonggwang.

"Memang dia bakal percaya?" tanya Ahxian ragu dengan ide Gon.

"Kalau tidak percaya ya dibuat percaya. Lagian, dia juga tidak ada tahu kita di mana," sahut Gon melihat sekeliling yang hanya ada pohon.

"Benar juga," angguk Taehwan. "Kalau begitu sudah diputuskan sampai kondisi dia stabil, kita pura-pura sedang ada di alam singgah! Alam antara dunia dan akhirat."

"Tidak tidak, aku tidak bisa, aku tidak sanggup kalau harus berbohong," kata Ahxian memohon.

"Aku juga! Kalian tahu sendiri kan aku sering keceplosan," sahut Yeonggwang.

"Kalau begitu biar aku yang urus, kalian cukup pantau dari jauh dan berinteraksi seperlunya saja," kata Gon.

"Nah kalau begitu aku setuju."

Dan, dari sinilah semua kebohongan dimulai.

~~~
210323
Ast.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang