Sudah pukul sebelas malam, Yuju tidak bisa tidur. Penyebabnya, giginya mendadak sakit.
Yuju sudah sikat gigi, berkumur dengan air garam, juga minum obat pereda sakit, tapi sakitnya belum juga hilang.
"Kalau menangis bisa membuatmu lebih baik, menangis saja, tidak apa-apa kok," kata Taehwan yang sedari tadi menemani Yuju di ruang kesehatan, sambil memijit jari-jari kaki Yuju yang dipercaya bisa membuat rasa sakit gigi berkurang.
"Kalau aku manangis, seisi rumah akan terganggu," kata Yuju menahan sakit yang terus menusuk tanpa ampun.
"Maaf ya kak, gara-gara aku kakak jadi repot," sesal Yuju karena gara-gara dia waktu istirahat Taehwan terganggu.
Padahal tadinya Yuju mau diam-diam saja mencari obat di ruang kesehatan, tapi malah ketahuan Taehwan.
"Tidak usah minta maaf terus, aku tidak apa kok," kata Taehwan menghentikan pijatannya di kaki dan berpindah ke tangan dan meminjatnya dengan pelan.
Yuju bersyukur sekali orang yang ada di depannya ini Taehwan. Soalnya kalau Gon, bukannya mengobati Yuju, yang ada Yuju akan disuruh bersyukur seperti kejadian beberapa hari lalu.
"Kak Gon, kepalaku sakit."
"Bersyukur! Itu artinya kamu punya kepala!"
"Kamu senyum kenapa? Ada yang lucu?" tanya Taehwan heran karena Yuju tiba-tiba senyum padahal sebelumnya meringis.
"Tiba-tiba terlintas hal lucu di kepalaku," jawab Yuju.
"Oh, begitu," angguk Taehwan, "Baguslah. Kukira kamu tersenyum pada apa yang ada di sini."
"Maksud kak Hwan?"
"Tidak ada, lupakan, aku salah bicara tadi."
Entah pengaruh obat atau pijatan Taehwan, perlahan, rasa sakit gigi Yuju berangsur hilang dan rasa kantuk menyerang Yuju.
Taehwan yang melihat Yuju mulai mengantuk jadi memperlambat pijatannya, dan saat Yuju benar-benar tidur, dia berhenti memijat.
Diambilah selimut yang ada di dalam lemari oleh Taehwan buat menyelimuti Yuju.
Setelah memastikan Yuju tidur dengan nyaman, Taehwan duduk di sofa. Dia tidak kembali ke kamar karena takut Yuju terbangun.
Hingga keesokan harinya, Yuju terbangun saat sebuah tangan menyentuh dahinya.
"Kak..."
"Sttt," kata Ahxian menunjuk ke arah sofa di mana Taehwan masih tertidur pulas.
Dengan hati-hati, Ahxian menarik kursi lipat dan duduk di sebelah kanan Yuju.
"Kenapa ada di sini? Kamu sakit?" tanya Ahxian karena tadi dia memegang dahi Yuju tapi suhunya normal-normal saja.
"Hm, sakit gigi."
"Ah, aku turut prihatin. Sekarang masih sakit?"
Yuju menggeleng, "Tidak."
"Syukurlah," lega Ahxian. "Yasudah, istirahat lagi saja, aku mau buat sarapan."
Teringat dengan masakan Ahxian beberapa hari lalu, Yuju langsung saja menarik tangan Ahxian saat Ahxian akan bangkit dari duduknya.
"Jangan," kata Yuju, "Kak Xian, di sini saja, temani aku."
*
"Buka mulutmu lebar-lebar," perintah Hyesung pada Yuju.
Sekarang satu rumah sudah tahu keadaan Yuju, setelah selesai sarapan yang seadanya, Yuju diperiksa oleh Hyesung.
"Secepatnya kita harus ke rumah sakit," kata Hyesung selesai melihat gigi Yuju.
"Kenapa? Apa parah?" tanya Yuju yang seumur-umur tidak pernah punya masalah apapun dengan gigi karena dia rajin merawat giginya.
"Gigi bungsunya menabrak gigi geraham."
"Itu sih harus dicabut," komen Gon mematikan senter ponselnya.
"Dicabut?" kaget Yuju.
"Hm," angguk Hyesung.
"Jangan takut, tidak sakit kok, aku sudah pernah," sahut Ahxian bangga karena pernah melewati hal yang sangat menakutkan bagi sebagian orang.
"Tidak sakit darimana, waktu kak Xian menangis dua hari dua malam dan tantrum seperti anak kecil," celetuk Yeonggwang, membuat Yuju yang awalnya takut jadi tidak takut dan kembali takut, sangat takut.
"Lebih baik begitu, sakitnya dua hari, lalu selesai. Daripada sakitnya dicicil tiap waktu," sahut Taehwan menepuk kepala Yuju, menenangkan Yuju.
~~~
140523
Ast.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
FanfictionYuju tidak punya alasan lagi untuk hidup. Semua alasan untuk dia bertahan di dunia ini sudah dia lakukan. Mulai dari menonton konser, makan Ice Cream setinggi tiga puluh senti, menamatkan serial drama kesukaannya, naik gunung, sampai memiliki rumah...