06

98 17 0
                                    

Yuju baru saja selesai mengepel lantai satu bersama dengan Hyesung.

Selesai mengepel, Hyesung pamit kembali ke ruangannya karena ada beberapa hal yang harus dia kerjakan.

Sementara Yuju, gadis itu lebih memilih kembali ke kamarnya buat mengistirahatkan dirinya yang pegal-pegal setelah mengepel.

Di kamar, Yuju membaringkan dirinya di kasur. Sejujurnya, Yuju masih tidak percaya kalau dia sudah mati dan ada di alam singgah.

Yuju masih merasa jika dia masih hidup, sebab tubuhnya masih merasakan sakit, lapar, haus, bahkan buang air.

Alam singgah ini sama dengan kehidupan Yuju di dunia. Bedanya, di sini Yuju merasa damai, tenang, dan bebas.

Damai dari segala keruwetan hidup. Tenang tidak mendengar ucapan yang melukai hati. Bebas terhindar dari manusia-manusia yang hanya memanfaatkan Yuju.

Seperti hidup di atas angin. Itulah yang Yuju rasakan saat ini. Bertemu Hyesung yang manis, dan lembut. Taehwan yang baik dan pengertian.

Ah, tapi jangan buru-buru menilai, Yuju belum ada sehari di sini, bisa jadi besok hari-hari Yuju jadi suram karena Gon?

Ngomong-ngomong Gon, si pria berambut biru itu, Yuju jadi kesal. Habis, bisa-bisanya Gon memberi Yuju apel curian???

Apel pemberian Gon tadi saja Yuju letakan begitu aja di atas meja. Yuju tidak berani memakannya dan berencana memberikan apel itu pada pemiliknya.

Tapi pemilik apel itu sedang tidak ada, katanya dia sedang bekerja dan baru pulang dalam beberapa hari.

"Di alam singgah juga masih harus bekerja? Hhh, hidup susah, mau mati juga susah," keluh Yuju lalu berhuling ke samping, merapat ke tembok yang dingin.

Yuju tertidur hingga sore hari, Yuju bangun juga karena dibangunkan oleh Taehwan yang bertanya Yuju mau makan apa untuk makan malam.

Tentu saja, tanpa berpikir lama, Yuju bilang dia mau makan ubi.

Karena sudah sore dan tidak baik untuk tidur, Yuju memuskan keluar dari kamar dan pergi menuju ruangan Hyesung.

Tapi belum sampai Yuju ke ruangan Hyesung, Yuju jadi salah fokus pada langit sore yang berwarna pink keunguan.

"Eh, Yuju. Sedang apa? Kenapa berdiri di situ?" tanya Hyesung kaget melihat Yuju yang berdiri menatap langit tanpa berkedip.

"Aku sedang lihat langit."

"Langit?"

Hyesung menghampiri Yuju, ikut menatap langit yang sedang dilihat Yuju. Memang cantik. Ini harus diabadikan. Tapi...

"Hye, apa langit di sini selalu indah?"

"Tidak, sudah seminggu ini setiap sore langit selalu mendung disusul hujan deras, membuat bintang jadi tidak terlihat."

"Bintang? Di sini ada bintang? Banyak tidak?"

"Ada, banyak. Kalau cuacanya bagus kamu bisa melihatnya dengan mata telanjang!"

"Waaah, keren!"

Hidup di kota membuat Yuju jadi kesulitan melihat bintang. Yuju hanya bisa melihat bintang dengan mata telanjang jika dia pergi ke tempat ke rumah nenek dan kakeknya di desa.

"Hye, lihat tidak, tadi pohon itu bergerak!" kata Yuju kala ujung matanya menangkap pergerakan pohon yang ada di depannya bergerak.

"Pohon yang mana?"

"Itu, yang itu, padahal tidak ada angin!" tunjuk Yuju pada pohon yang ada di luar pagar kawat.

"Oh, itu mungkin monyet," kata Hyesung santai.

"Ada monyet di sini?"

Hyesung mengangguk, "Ada. Monyet, ular, beruang, babi hutan, anjing, semua ada di sini."

"... serius?"

"Serius. Kamu kira cuma kita yang tinggal di sini?"

Yuju mengangguk, "Iya. Ah, aku jadi takut."

"Tidak usah takut, selama kamu bersama kami, kamu aman. Mereka tidak akan berani mendekat dan masuk ke sini," kata Hyesung, membuat perut Yuju tiba-tiba jadi mulas seketika.

~~~
100323
Ast.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang