Yuju terbangun di tempat yang asing, dengan dinding berwarna putih susu dan hiasan bunga di setiap sudut ruangan, tanpa jendela dan ventilasi udara.
Apa ini rumah sakit?
Ah, mana mungkin, Yuju sudah memastikan tempat dia menggantung adalah tempat yang jauh dari keramaian. Jadi, untuk memungkinkan Yuju bisa ditemukan dan diselamatkan peluangnya sangat kecil.
Atau, apa mungkin Yuju sudah mati dan ini adalah Surga?
Ah, gak, gak mungkin, mana mungkin ini surga, kata orang-orang, yang mati dengan jalur yang dia lakukan akan masuk neraka, tidak mungkin bisa masuk surga karena Tuhan sangat membenci perbuatan ini.
Tapi untuk disebut Neraka, jelas tempat ini terlalu indah, bersih, dan wangi.
Saat Yuju sedang kebingungan dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang tempat ini, pintu kayu yang ada di sampingnya terbuka, menampilkan seorang pria berambut biru cerah dengan wajah sangar.
"Oh, kamu sudah bangun rupanya," kata pria itu, mendekat ke arah Yuju, membuat Yuju jadi beringsut, bergeser ke tembok sambil memegang selimut yang menutup tubuhnya dengan erat.
Siapa pria ini? Kenapa dia terlihat seperti psikopat yang ada di film-film yang Yuju sering tonton?
Oh, apa jangan-jangan sekarang Yuju sedang diculik, lalu, Yuju akan dibunuh dan diambil organ-organ tubuhnya buat dijual?
Sementara kepala Yuju masih berpikir kesana dan kemari, pria itu menarik kursi tepat di depan Yuju, duduk di sana setelah menaruh gelas berisi air.
"Ini.. di mana?" tanya Yuju akhirnya, memberanikan diri setelah cukup lama pria di depannya duduk mengamati Yuju.
Bukannya menjawab, pria di hadapan Yuju menyeringai, "Tebak saja, menurutmu, tempat di mana orang-orang mati berkumpul di mana?"
Mendengar itu, mata Yuju membulat seketika.
Apa katanya? Tempat orang-orang mati berkumpul? Apa itu artinya, Yuju sudah mati? Apa misi Yuju untuk mati berhasil?
"Jadi, aku sudah mati?" tanya Yuju terbata, yang kemudian disusul dengan keluarnya air mata Yuju tanpa diminta.
"Kenapa menangis? Menyesal karena berhasil mati?" tanya pria itu yang membuat Yuju cepat-cepat menghapus air matanya.
"Tidak, siapa juga yang menyesal! Aku justru bersyukur karena aku berhasil meninggalkan dunia yang jahat terhadapku!"
"Baguslah kalau begitu. Sekarang, cepat minum air ini, lalu pakai pakaian yang ada di lemari, setelah itu keluar ikut aku," titah pria itu melirik gelas di meja, lalu berdiri dan meninggalkan Yuju.
Yuju menurut, dia menyingkap selimutnya, lantas berdiri, tapi belum sempat meminum air di gelas, Yuju berkata, "Tunggu dulu, kenapa aku harus menurut padamu? Memangnya kamu siapa?"
Pria yang hendak menutup pintu kamar Yuju berhenti, lantas memandang Yuju dingin, "Aku orang penting di sini, jadi sudah seharusnya kamu menurut padaku."
Kemudian pintu ditutup, meninggalkan Yuju sendiri yang masih tidak mengerti dengan situasi saat ini.
~~~
040323
Ast.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
FanfictionYuju tidak punya alasan lagi untuk hidup. Semua alasan untuk dia bertahan di dunia ini sudah dia lakukan. Mulai dari menonton konser, makan Ice Cream setinggi tiga puluh senti, menamatkan serial drama kesukaannya, naik gunung, sampai memiliki rumah...