Yuju tidak punya alasan lagi untuk hidup. Semua alasan untuk dia bertahan di dunia ini sudah dia lakukan.
Mulai dari menonton konser, makan Ice Cream setinggi tiga puluh senti, menamatkan serial drama kesukaannya, naik gunung, sampai memiliki rumah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari telah berganti. Hujan telah sepenuhnya berhenti dan digantikan oleh sinar mentari yang hangat.
Yuju yang paling pertama bangun jelas kaget melihat pemandangan lima pria yang tertidur pulas. Benar, rasanya seperti sedang di rumah nenek. Tidur berkumpul dan berdesakan.
Dengan hati-hati, Yuju melangkahkan kakinya, melewati satu persatu kaki dengan kaus kaki beraneka warna.
Lalu, Yuju membuka pintu menuju halaman dan menutup pintu dengan pelan setelah sebelumnya menggunakan sepatu, yang entah milik siapa.
Yuju berjalan-jalan di sekitar rumah, menghirup oksigen yang sangat menyegarkan, tidak seperti di kota yang sudah bercampur polusi.
Setelah cukup berkeliling, Yuju kembali masuk ke dalam rumah, dia melangkahkan kakinya menuju ruang makan buat mencuci piring kotor yang menggunung.
Biasanya, jika mencuci piring, Yuju harus sambil ditemani lagu dari ponselnya. Tapi berhubung ponselnya sudah dia buang jadi yang bisa dia lakukan hanyalah fokus mencuci.
"Yuju, sedang apa?" tanya Taehwan, "Oh? Mencuci? Biarkan saja, itu tugas Hyesung."
Yuju memutar tubuhnya, "Mulai sekarang mencuci piring biar jadi tugasku!"
"Begitu kah? Baiklah kalau itu maumu," kata Taehwan merapihkan dan membersihkan meja makan, membuat tumpukan cucian Yuju jadi semakin banyak.
"Mau sarapan apa?" tanya Taehwan kemudian membuka kulkas, mencari bahan makanan yang sekiranya cocok dibuat sarapan.
"Apapun, aku tidak pemilih," jawab Yuju yang hampir saja melontarkan kata terserah.
"Hmm, kalau begitu kita sarapan nasi goreng saja ya."
"Oke," angguk Yuju.
Selagi Yuju mencuci piring dan Taehwan memasak nasi goreng. Yeonggwang datang dengan langkah terhuyung.
"Kenapa?" tanya Taehwan pada Yeonggwang yang kepalanya terkulai lemas di meja makan.
"Mengantuk."
"Kalau begitu tidur lagi saja sana."
"Tidak bisa, aku harus mengecek panel."
"Ah iya panel!" kata Taehwan baru ingat, "Kalau begitu sana cepat cuci muka. Lalu periksa. Mau sampai kapan kita tidak punya listrik?"
"Iya iya," kata Yeonggwang bangkit dan menghampiri Yuju yang sedang mencuci piring.
"Tolong ciprati aku air," pinta Yeonggwang dengan mata sedikit terpejam.
Dengan senang hati, Yuju menyiprati Yeonggwang air sampai wajah Yeonggwang kini basah kuyup.
"Cukup cukup," kata Yeonggwang, "Sekarang tampar aku yang kencang."
"Hah? Yang benar?"
"Hm, cepat. Tampar. Yang keras," pinta Yeonggwang jelas membuat Yuju bingung.
"Ikuti saja maunya," kata Taehwan karena Yuju masih diam saja.
"Oke kalau itu maumu," ucap Yuju, "Aku tampar ya?"
"Iya, cepat."
"Satu... dua..."
PLAK!💢
Yuju menampar Yeonggwang keras, membuat kesadaran Yeonggwang jadi penuh seketika.
"Bagus, dengan begini aku jadi tidak dihantui rasa bersalah lagi," kata Yeonggwang memegang pipi kanan yang ditampar Yuju.