***
Naren melanjutkan motor dengan kecepatan penuh setelah pertengkaran dirinya nya dengan Nizar. Nafas Naren menggebu-gebu dibalik helm full face, pandangan pria itu tertuju kedepan tanpa pemerdulikan kanan-kiri nya, ia benar-benar merasakan emosi yang memuncak, hatinya panas, lodaj keluh. Naren semakin meninggikan kecepatan motornya, ia tidak peduli apapun yang saat ini yang terjadi, terjadilah. Detak jantung Naren berpacu cepat saat ia tidak sengaja menyerempet pengendara motor yang hampir sama dengan dirinya.
Brak
Naren menoleh kebelakang saat mendengar suara mendengar suara yang cukup keras dai arah belakang nya. Naren berhenti sejenak untuk memastikan, namun sepertinya pengendara itu terjatuh cukup parah terlihat dari kejauhan ia berusaha mengangkat motor yang menimpa. Tanpa lama-lama ia langsung menjalankan motonya menuju seseorang yang ia seperempat tadi.
Dengan terburu-buru ia langsung turun dari motor dan melempar helm nya kesabaran arah.
"Sorry," ujar Naren membatu mengangkat motor tersebut.
"Gue minta maaf, ada yang luka?" Ucap Naren purau, ia tahu jika pengendara tersebut adalah seorang perempuan.
Pengendara motor tersebut membuka helm nya dengan susah payah. Saat helm itu berhasil dibuka langsung saja Naren membelakan matanya.
"Kinara?" Lontar Naren.
Naren langsung saja meraih helm yang berada dilengan Kinara lalau menyimpan nya. Naren merasa prihatin saat melihat raut wajah Kinara yang seperti menahan ringisan, lalu netra pria itu beralih melihat kearah sikut kaki Kinara, celana sedikit sobek dan ada noda darah.
"Punya nyawa berapa lo hah?" Tanya Kinara dengan raut wajah kesal sekaligus menahan ringisan.
"Walaupun nih jalanan sepi, tapi seenggaknya lo hati-hati Naren. Masih mending gue, gimana kalo orang tau? Atau yang lain?" Omel Kinara mampu membuat suasana hati Naren sedikit menghangat, entah kenapa.
"Maaf. Gue benar-benar minat maaf," sesal Naren, membuat Kinara berdecak sambil menahan ringisan. Maaf tidak akan membuat kakinya sembuh.
"Gue liat kaki Lo," pinta Naren.
Naren sedikit mengangkat celana jeans hitam milik Kinara. Naren sedikit takut dengan darah namun ia bersuara santai. Sikut kaki Kinara sedikit berdarah, tidak parah namun perlu ia obatin sebagai permintaan maaf.
"Kita cari tempat duduk," ajak Naren
Naren membantu Kinara berdiri, setalah itu ia berjongkok dan menawarkan punggung nya agar Kinara naik.
"Naik, gue gendong," suruh Naren.
"Gak mau, bukan muhrim," tolak Kinara berusaha halus.
"Nanti gue halalin, sekarang cepatan naik," pinta Naren sekali lagi, berharap gadis itu mau dan menurutinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Do you know us?
Teen Fictionjudul awal 5 SEKAWAN ______________________________________________ Kalian tidak akan tahu, sifat mereka bagaimana. Kalian tidak semudah itu menebak karakter di setiap tokoh nya. Pertemanan yang sering kali orang lain lihat, yang begitu baik-baik s...