45. do you know us?

207 10 6
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Hidup gue kaya di ujung cerita," ujar Gavin dengan santai bersandar di sofa rumah milik Naren.

Naren menoleh kearah Gavin saat mendengar kata-kata keluar dari mulut sahabatnya itu. Lalu ia menyimpan laptop yang berada di pangkuanya keatas meja.

"Cerita lo masih panjang," sahut Naren, lalu mengambil rokok yang berada di atas meja.

"Udahlah Ren, jangan nyiksa diri," larang Gavin, mengambil sebatang rokok dari lengan Naren.

"Gue gak sebodoh itu. Ini hobi baru gue," ucap Naren merebut kembali rokok tersebut dan langsung menanyakan nya.

"Hobi? Dih waras lo sobat?" Decih Gavin sinis.

Naren menghiraukan decihan tersebut, ia dengan santai mengepul kan asap rokok keatas setalah itu ia meletakkan rokok tersebut diatas asbak. Naren mengambil kembali laptopnya, membuat daya ingin tahu Gavin meronta-ronta.

"Lo kerja, atau ngapain dah?" Tanya Gavin.

"Liat sendiri," jawab Naren dengan malas.

Gavin mendengus ia langsung melihat ke layar laptop milik Naren, mata pria itu seketika melebar. Gavin menghela nafas lalu bersandar di sofa.

"Thanks, Ren. Lo udah jadi ketua yang baik," kata Gavin sambil memejamkan mata.

"Tapi lo gak perlu segitunya Ren, lo donasi ke panti pake nama tiger geng kita," lanjut nya.

"Gapapa, gue pengen tiger geng dipandang baik. Gue gak mau mata-mata diluaran sana mandang tiger geng itu buruk," Lontar Naren dengan santai.

"Walaupun anggota kita gak sebaik itu. Tapi, gue harap keberadaan kita gak bikin orang diluaran sama merasa terancam."

Gavin menganggukan kepala, sejauh ini Naren sudah menjadi ketua yang sangat baik dan bertanggung jawab. Walaupun, Gavin tahu masalah Naren bukan hanya yang terjadi pada tiger geng motornya, namun juga dengan Ayah nya itu. Naren sangat pintar dalam mengolah raut wajah dan masalah hidupnya, hingga membuat beberapa anggotanya itu tidak mengetahui apa permasalahan hidup sang ketua.

"Berapa duit, Ren? Patungan aja sama gue," tanya Gavin.

"Gak perlu. Gue punya duit lebih, sayang kalo cuma di pake hal yang gak penting," sahut Naren.

"Dari Om Nizar?" Tanya Gavin memastikan.

"Menurut lo? Gak mungkin gue ngebegal," sahut Naren.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Do you know us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang