21. do you know us?

378 22 6
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Saya sudah kirim barang itu ke markas nya," ucap seorang pria dengan begitu sopan, pria berhoodie hitam dengan topeng andalan milik nya.

"Markas? Kenapa tidak kamu kirim ke orang nya langsung?" Pria yang tengah duduk di sofa pun beranjak dengan wajah geram, pria berjaket hitam itu mendekat kearah pria bertopeng.

"Kenapa kamu tidak dapat di andalkan hm?" Geram berjaket hitam tersebut.

"Saya sudah tahu apa yang akan terjadi nanti nya. Anda jangan terus mengarah kan saya!" Marah pria bertopeng hitam.

Pria berjaket hitam itu terkekeh, "hebat! Sudah berani melawan saya!"

Pria berjaket hitam itu menghela nafas, dia mengeluarkan pisau lipat dari dalam saku nya.

Pria di balik topeng tersebut menyeringai, rasa ingin sekali membunuh pria di hadapannya. Namun, jika ia melakukan itu tidak akan membuahkan hasil apapun bagi nya, hanya membuat tangan nya kotor.

"Bagaimana jika kamu menjadi teman dekat nya? Dan ya..kamu tahu selanjutnya harus apa?" Bisik pria berjaket hitam.

Pria bertopeng itu terkekeh, "aish..itu ide yang sangat buruk, anda tahu?"

"Saya tidak sudi menjadi teman mereka," lanjut nya.

"Apa kabar adik perempuan mu?" Pria berjaket hitam itu menyeringai.

"Jangan berani menyentuh adik saya!" Geram pria bertopeng.

"Maka, lakukan lah perintah saya! Atau adik kamu yang akan menjadi korban selanjutnya."

***

Gavin duduk di pinggir ranjang rumah sakit, tangan satu masih terpasang infusan. Gavin menerawang kejadian beberapa hari lalu, memikirkan nya saja membuat diri nya tidak tenang. Gavin menghela nafas ia beralih menatap Naren yang tengah bermain handphone di sofa, wajah nya tampak serius.

"Lo main hp mulu gak ada bosen nya," ucap Gavin, Naren hanya melirik sekilas Gavin, menurut nya Gavin itu selalu mengatakan hal-hal tidak penting.

"Dih sok iye lho!" Geram Gavin melenpar kulit apel yang ada di atas nakas di dekat nya.

"Apa?" Tanya Naren dengan wajah kesal.

"Sok sibuk najis!" Cibir Gavin, membuat Naren mendelik.

Tiba-tiba wajah Gavin berubah jadi serius, ia menghela nafas, "Lo masih inget Binar?"

Do you know us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang