Halo, apa kabar?

23 2 0
                                    

Hembusan nafas keluar dari laki-laki yang tengah terduduk tenang ditepi ranjang. Laki-laki itu terdiam dengan ekspresi yang begitu datar, kehidupan nya seperti berhenti beberapa tahun lalu.

Laki-laki yang dulunya adalah seorang pelajar yang begitu nakal, dan pembuat rusuh kini sudah menjadi laki-laki dewasa dengan penampilan yang begitu rapih.

"Kinara, apa kabar kamu disana?"

Sudah berapa tahun ia tak melihat wajah perempuan itu? Rasanya ia begitu merindukan sosok nya, ia begitu rindu.

"Tunggu aku ya, aku besok bakalan kerumah kamu."

Laki-laki itu memutuskan untuk kembali ketanah kelahiran nya. Ia akan mendatangi semua tempat yang dulu pernah dirinya dan perempuan itu datangi. Laki-laki itu begitu merindukannya.

***

"Gue dengar-dengar si Naren mau balik kesini."

Ujar seorang laki-laki yang tengah membuatkan kopi untuk sahabat nya.

"Yang bener lo, Var?" Tanya Gavin yang sibuk dengan benda pipih di tangannya.

"Seriusan ini gue, yakali tampang pangeran gini gak serius."

Tingkat Narsis Alvaro tidak pernah hilang walaupun sudah menginjak usia 24 tahun. Laki-laki itu tidak pernah berubah, ia masih sama. Manusia yang tengil dan banyak tingkah.

"Udah tua aja masih narsis, heran," decih Gavin memandang sahabatnya itu dengan geli.

"Apaan gue baru 24 tahun, masih cocok jadi anak SD, narsis dikit gapapa kali ah!" Sahut Alvaro menaruh secangkir kopi di atas meja.

"Gak nyambung monyet!" Gavin menoyor kepala laki-laki itu.

Setelah beberapa percakapan mereka langsung terdiam, hening tak ada percakapan diantara mereka. Sepertinya dua laki-laki itu tengah sibuk dengan fikirannya masing-masing.

"Nikah, Var, bukan malah bengong," celetuk Gavin dengan entengnya.

Alvaro terkekeh mendengar hal itu. Menikah? Hal itu seperti tidak ada didalam catatan hidupnya, untuk saat ini. Lagipula ia masih banyak sekali keinginan yang belum bisa tercapai hingga saat ini.

"Lo duluan aja, Vin. Gue belum kepikiran buat nikah," sahut Alvaro.

Gavin menghela nafas kasar, "calon gue belum balik."

"Masih nunggu Ciara? Yakin bener lo," ucap Alvaro dengan kekehan.

Gavin terdiam sesaat, mengambil sebatang rokok untuk ia isap. Pria itu bersandar kebelakang sandara sofa lalu mengeluarkan asap nikotin dari mulutnya.

"Nunggu? Bahkan gue gak yakin kalo dia masih ingat gue," sahut Gavin dengan wajah datar.

"Setalah 5 tahun, gue hilang contact  sama dia. Tapi, perasaan gue buat dia masih sama dan gak pernah berubah." Lanjut laki-laki itu.

"Gue gak tahu sekarang dia masih di Negara itu atau enggak, gue gak tahu keadaan dia sekarang gimana. Meskipun kaya gitu, gue berharap, mau dimana pun Ciara berada semoga dia dalam keadaan baik-baik aja bahkan jauh lebih baik."

Gavin tersenyum tipis setelah mengatakan kalimat tersebut. Rasanya sedikit lega ketika ia bisa mengeluarkan kata-kata tersebut. Laki-laki itu kembali menyesap sebatang rokok milikinya.

Alvaro terdiam mendengar kalimat yang keluar dari mulut sahabatanya. Gavin benar-benar tulus mencintai perempuan itu, bahkan setelah 5 tahun berlalu hatinya masih terpaku kepada satu nama.

5 tahun berlalu begitu cepat, membuat beberapa perubahan kepada Gavin dan sahabat-sahabatnya. Gavin, laki-laki itu menjadi perokok aktif akhir-akhir ini. Sedangkan Elvano dan juga Alvaro kini menjadi manusia yang begitu produktif. Elvano, pria tengil itu kini sudah menjadi seorang suami dan seorang Ayah yang begitu bertanggung jawab.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Do you know us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang