40. do you know us?

494 18 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Angin malam yang sejuk menerpa wajah Gavin yang tengah duduk tenang, namun pikiran begitu berantakan. Helaan nafas panjang beberapa kali ia keluarkan, pria itu menatap kearah langit malam yang luas.

Gavin termenung di taman kota yang cukup sepi malam ini. Taman kota ini selalu menjadi tuan utamanya ketika malam yang tenang namun pikiran nya berantakan. Gavin duduk di kursi kayu bercat putih, pria itu menghela nafas dan melepaskan jaket berlogo tiger geng lalu menyimpan nya di sebelah dirinya.

Gavin menyisir rambut nya kebelakang menggunakan jari-jari tangan nya, rasa hampa tiba-tiba menghantui dirinya ketika ia mendengar kabar jika orang yang dia inginkan akan berpindah dari kota ini. Gavin selalu merasakan kehilangan, apakah ini juga salah satunya?

"Si Ciara pindah kemana ya?" Gumam nya pada diri sendiri.

"Lagian kenapa harus pindah tuh cewek," Gavin menghela nafas kasar.

Tiba-tiba Gavin teringat sesuatu, apakah disebabkan oleh dirinya?

"Apa nih anak risih kalian ya, sama omongan gua waktu itu."

Gavin berdecak kesal,"Lo pergi gua juga pergi."

Hening, Gavin kini sibuk dengan pikirannya. Namun, tiba-tiba dering ponsel milik nya berbunyi membuat lamunan pria itu buyar. Gavin mengangkat telepon tersebut.

"Bang, Alvaro kecelakaan."

***

Langkah kaki yang begitu ramai memenuhi koridor rumah sakit, para anggota FESIA berjalan dengan cepet menuju keruangan milik Kinara. Wajah mereka begitu tegang, keringat dingin mulai membasahi pelipis mereka, bahkan lengan seseorang yang gematar.

Asha yang berada di belakang mereka, memandang semua anggota yang tengah dalam keadaan tegang.

"Ini terakhir kali nya," gumam Asha memperlambat langkah kaki nya.

Tiba-tiba netra Asha beralih saat mendengar keributan di belakang nya, terlihat di sana para suster dan dokter mendorong brankar yang berisi pria yang tengah terkapar lemas. Asha menyipitkan matanya, ia merasa kenal dengan pria yang berlumuran darah tersebut.

"Gue kaya pernah liat..." Guman nya pada diri sendiri.

"Al-"

"Asha, Lo ngapain?" Devan menarik lengan Asha.

"Van, kayanya gue kenal deh sama orang tadi," ujar Asha, membuat Devan mengehentikan langkahnya.

Do you know us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang