13. do you know us?

408 22 0
                                    


***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hujan sore ini cukup lebat di tambah dengan angin yang cukup kencang, hawa dingin sangat terasa membuat gadis berseragam SMA Pancasila mengeratkan jaket nya.

"Gara-gara lo nih gue jadi kehujanan gini," ucap Kinara menyalahkan Naren, saat ini mereka tengah berada di rumah kosong di dekat pemakaman umum untuk menunggu hujan reda.

"Salahin hujannya lah , ngapain nyalahin gue," sahut Naren mengepulkan asap rokoknya.

Kinara mendelik, ternyata jaket nya itu tak cukup untuk melindungi dirinya dari udara dingin di sore ini.

Naren membuang rokoknya ke bawah, setelah itu ia melepaskan jaket nya dan menyodorkan kan jaket nya kepada Kinara, "apa?" Tanya Kinara tak paham.

"Pake. Lo kedinginan kan?" Jawab Naren, masih setia menyodorkan jaket miliknya

"Apaan cuma dingin gini doang, kuat gue!" Ujar Kinara dengan percaya dirinya.

Naren terkekeh tak habis pikir dengan gadis ini, padalah sudah terlihat jelas dari bibir gadis itu sudah mulai berubah menjadi pucat, itu artinya gadis ini kedinginan.

"Batu banget heran," gumam Naren.

Tak butuh persetujuan dari Kinara, Naren menyelimuti kan jaket nya kepada Kinara, membuat gadis itu spontan menoleh kearah nya.

"Gak usah sok kuat Lo!" Ujar Naren, Kinara yang malas meladeni Naren hanya diam saja tanpa merespon.

"Aiza," panggil Naren menatap Kinara dari samping, "menurut lo hujan itu bawa ketengan atau... Apa?" Tanya Naren.

"Menurut gue hujan itu bikin tenang tapi gue gak suka sama udara dingin nya, apalagi kalo ada suara petir. Takut gue," jawab Kinara.

Naren mengangguk, setelah itu hening tak ada yang memulia pembicaraan hanya ada suara gemercik hujan yang turun.

Kinara mulai gelisah karena hujan nya tak kunjung reda, padalah niat nya setelah pulang dari TPU ia akan bersiap untuk menjemput ayahnya.

"Ren ini ko hujan nya gak berhenti-henti sih? Gue mau jemput bokap gue, gimana dong?" Tanya Kinara.

"Mana gue tahu, gue bukan pawang hujan," sahut Naren, membuat Kinara kesal.

"Serius Naren!"

"Gak papa nanti jemput bokap lo nya bareng gue, sekalian ketemuan," ujar Naren bercanda.

"Ngapain lo mau ketemu bokap gue?" Heran Kinara.

"Terserah gue dong, kapan lagi coba ketemu bokap nya cewek rese kaya Lo!" Sahut Naren.

Tiba-tiba terdengar sura petir cukup kencang membuat Kinara spontan memeluk Naren.

"Sialan kaget gue," gumam Kinara masih belum sadar jika dirinya memeluk tubuh Naren.

Do you know us?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang