Happy reading...
Devan memarkirkan motornya di garasi rumah, hari ini dia cukup merasa senang karena bisa pulang lebih cepat.
Saat memasuki rumah, dia bisa melihat mamahnya yang sedang menonton acara gosip sambil memakan keripik kentang buatan bi Tuti. Devan menghampiri Sofia lalu duduk di sebelah Sofia, mengambil keripik kentang yang sedang dimakan oleh mamahnya itu.
"Tumben pulang cepet, biasanya jam lima baru sampe," ucap Sofia, lalu memakan keripiknya kembali.
"Ga ada rapat OSIS," jawab Devan singkat, Sofia hanya mengangguk saja mendengar jawaban Devan.
Devan melihat ke sekeliling rumah, bahkan sampai ke lantai atas. Tumben sekali rumah ini sangat tentram dan damai, pikirnya. Sofia yang melihat kelakuan Devan pun tersenyum karena tahu apa yang sedang difikirkan oleh anaknya.
"Cakra belum pulang, tadi pak Budi kirim pesan katanya ban mobil bocor, jadi telat buat jemput Cakra," celetuk Sofia.
Devan menatap Sofia sinis. "Apaan sih? Orang ga nanya juga," ketus Devan.
"Mulut kamu emang ga nanya, tapi raut wajah kamu itu mudah terbaca, Dev." Sofia meledek Devan. Devan yang merasa kesal pun berdiri, memutuskan untuk pergi ke kamarnya saja. Tapi, saat akan akan menaiki tangga, seseorang dari arah belakang menyenggol lengannya membuat Devan limbung dan hampir jatuh ke depan.
"Woy!" seru Devan tak terima saat melihat Cakra sedang berlari menaiki tangga. Yah, yang menyenggol Devan barusan adalah Cakra.
"Adek, jangan lari!" Teriakan Sofia tak membuat Cakra menghentikan langkah kakinya.
Sofia yang merasa bahwa ada yang tidak beres pun langsung menyusul diikuti Devan di belakangnya.
Saat sampai di kamar Cakra, mereka langsung disuguhkan dengan Cakra yang sedang mengobrak-abrik buku pelajaran, wajahnya memerah belum lagi mata yang berkaca-kaca kentara sekali jika Cakra sedang menahan tangis.
"Adek, kenapa sayang?" panggil Sofia khawatir.
Cakra yang mendengar suara mamahnya langsung menghentikan aktivitas dan menatap Sofia. "Cakra ga lupa Mamah, Cakra udah taro bukunya di tas, tapi ga ada!" seru Cakra kesal.
Sofia yang tidak mengerti dengan perkataan Cakra menatap Devan, Devan yang di tatap oleh Sofia mengedikkan bahunya saja.
"Hey, tenang ...." Sofia memegang kedua pundak Cakra agar menghadap ke arahnya. "Coba cerita pelan-pelan, biar Mamah ngerti," lanjut Sofia menatap mata Cakra yang berair.
Cakra menarik napas dan membuangnya. "Tadi pagi Cakra bilang kan kalo Cakra abis kerjain tugas semalaman, terus tadi pas mau dikumpulin bukunya ga ada di tas, bukunya hilang Mamah." Cakra mengusap pipinya kasar saat merasakan air matanya mulai menetes.
"Itu bukan hilang, lo lupa kali," celetuk Devan, Cakra yang tadinya sudah mulai tenang langsung menatap Devan marah.
"Cakra ga lupa! Udah Cakra bilang Cakra ga lupa!" teriak Cakra saking kesalnya.
Sudah buku tugasnya hilang, ingin cepat pulang untuk mengecek apakah dia beneran lupa atau tidak membawa bukunya, tapi pak Budi justru terlambat menjemput membuat kesabaran Cakra benar-benar terasa di uji pada saat itu juga.
"Santai aja kali ga usah teriak-teriak," ujar Devan kesal, lalu memilih berjalan keluar untuk ke kamarnya. Sofia yang tidak ingin adanya pertengkaran langsung membawa Cakra untuk duduk di tepi ranjang, mengambil sebotol air yang memang selalu ada di kamar, lalu menyuruh Cakra untuk meminumnya. Selagi Cakra minum, Sofia terus mengelus punggung sempit itu dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES (Terbit)
Teen FictionTersedia di shopee Penerbit.LovRinzOfficial (Belum di revisi) ___________________ Ini adalah kisah dari Cakra, seorang remaja yang baru saja bertemu dengan ayahnya setelah sekian lama, bukan hanya sang ayah, tetapi dia juga bertemu dengan anak dan i...