24

16.7K 1.7K 67
                                    

Annyeong

Happy reading...






Malam ini keluarga Mahardika sedang berada di ruang keluarga. Cakra sedang duduk di lantai dengan tangan sibuk melipat origami yang dia bentuk bangau dibantu oleh David, sedangkan Sofia hanya melihatnya saja, sesekali dia memainkan rambut Cakra karena anak itu duduk di bawah sofa yang dia duduki.

Devan sendiri sedang membaca dan menghafal rumus-rumus fisika karena besok sudah hari terakhir ujian. Yah, waktu memang sangat cepat berlalu.

Devan menatap Cakra yang sedari tadi sibuk melipat kertas origami dengan mulut sibuk mengunyah buah pisang. Devan bertanya-tanya sampai kapan anak itu akan membuat burung bangau? Dan lagi besok masih ujian, apa anak itu tidak belajar?

"Lo ga belajar?" tanya Devan, sedangkan Cakra yang ditanya hanya diam seolah tidak mendengar pertanyaan dari Devan, terlihat dari dia yang mulai membuka plastik berisi kertas origami yang baru.

Devan berdecak kesal karena diabaikan, Sofia yang melihatnya terkekeh pelan sambil memainkan rambut Cakra yang terasa halus, bahkan sangat halus seperti rambut bayi.

"Adek ditanya tuh sama abang."

"Hm, kenapa mamah?" tanya Cakra menoleh dan menatap ke arah Sofia.

"Adek tadi ditanya sama abang, kenapa ga belajar?"

"Oh iya, kah? Cakra ga denger abang nanya ke Cakra, tuh. Cakra cuma denger abang bilang 'lo ga belajar?' gitu." Cakra berbicara dengan wajah polosnya.

Devan yang geram pun menunjuk ke arah Cakra. "Itu gue nanya ke, lo!"

Cakra yang tak suka ditunjuk langsung menyingkirkan jari telunjuk Devan. "Kalo nanya itu sebut namanya, kan yang disini bukan cuma ada Cakra doang, gimana sih!"

"Ya kali gue nanya ke mamah-papah pake lo-gue," sewot Devan.

"Makanya kalo manggil itu pake embel-embel biar Cakra peka terus jawab, apa susahnya panggil 'Cakra' kalo ga 'Adek', Cakra suka panggilan itu, soalnya mamah yang kasih. Iya kan, Mah?"

Sofia terkekeh mendengar perdebatan kedua anaknya. "Iyaa."

"Itu mah lo-nya aja yang emang ga mau jawab!" Devan bersungut-sungut kesal.

Dert dert dert

Baru saja ingin membuka suaranya, Cakra kembali diam saat mendengar suara dari ponsel milik David yang berada di atas meja, bukan karena bunyinya yang membuat Cakra diam, tetapi nama yang tertulis di ponsel David lah alasannya.

"Hallo, kenapa Ton?" tanya David saat mengangkat telepon dari Antonio. Yah, yang menelpon David adalah Antonio.

"Besok ke rumah sakit, hasil pemeriksaan Cakra sudah ada, aku ingin membicarakan sesuatu kepadamu, Ka."

"Oke, nanti aku ke sana besok siang."

David mematikan panggilannya lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku baju.

"Kenapa, Mas?"

"Antonio bilang hasil pemeriksaan Cakra sudah ada, aku akan kesana besok siang."

"Loh, kok diberesin?" tanya David saat melihat Cakra membereskan burung bangau yang dia buat lalu memasukkannya ke dalam kotak.

"Cakra mau tidur udah ngantuk, Cakra mau tidur sama ayah boleh?"

"Boleh, yaudah yuk ke kamar"

"Mamah mau ikut?" Cakra bertanya kepada Sofia yang dibalas gelengan.

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang