Annyeonghaseyo
Happy reading...
Pagi ini, Cakra sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dia menatap pantulan dirinya di depan cermin, ketika dirasa sudah rapih, Cakra langsung menuju ke arah meja belajar di mana tabel periodik berukuran besar yang pernah dia beli dengan Sofia dulu.
"Hidrogen, nitrogen, oksigen, fluor, neon, khlor, Argon, kripton, xenon, radon." Cakra menyebutkan unsur-unsur kimia berwujud Gas dengan mata tertutup, saat dirasa selesai Cakra kembali membuka matanya lalu tersenyum. Hari ini adalah hari di mana pelajaran yang dia pelajari selama beberapa bulan ini di ujiankan. Yah, hari ini ujian semester 1 dimulai.
Cakra langsung mengambil tasnya keluar dari kamar, menuruni tangga untuk ke meja makan, di mana keluarganya telah menunggu. Keluarga, bolehkan dia mengatakan itu sekarang? Lagipula, sejak kejadian kecelakaan kemarin, Devan sudah tidak terlalu ketus kepadanya, walaupun terkadang masih suka marah-marah, tetapi dalam konteks yang berbeda. Jika dulu Devan sering memarahinya tanpa alasan, sejak kemarin Devan justru selalu marah dengan sikap ceroboh Cakra dan itu membuat Cakra senang karena merasa memiliki seorang abang seperti para adik di luaran sana.
Setelah selesai sarapan Cakra menghampiri Sofia untuk berpamitan.
"Cakra berangkat, ya."
"Iya, hati-hati. Jangan merasa terbebani sama ujiannya, ya. Kerjain sebisa Adek aja."
Cakra tersenyum mendapatkan elusan di kepalanya, menganggukkan kepala dua kali, kemudian berjalan menghampiri David.
"Ayo." Saat David akan mengambil tangan Cakra, tangan itu sudah lebih dulu diambil oleh Devan.
"Lo bareng gue, papah buru-buru ada meeting pagi ini," ucap Devan, lalu menarik tangan Cakra untuk mengikutinya.
"Papah ga buru-buru loh, Dev. Ga ada meeting juga pagi ini," gumam David yang tampaknya sedikit linglung dengan sikap anak sulungnya barusan. Bahkan dia hanya bisa menatap kepergian kedua anaknya yang saat ini sudah meninggalkan pekarangan rumah.
Selama di perjalanan Cakra hanya diam, tidak ada niatan untuk mengeluarkan suara sama sekali, sampai akhirnya tiba di perempatan jalan yang biasanya dia diturunkan oleh Devan. Cakra sudah siap-siap akan turun, bahkan melepas genggamannya pada tas milik Devan, tetapi Devan justru terus melajukan motornya melewati perempatan tersebut.
"Abang perempatannya terlewat!" Cakra berkata dengan nada sedikit tinggi, namun itu tak kunjung membuat motor yang ditumpanginya berhenti. Devan seolah tuli dan tetap melajukan motornya sampai motor tersebut memasuki parkiran sekolah.
Para murid yang melihat Devan dan Cakra berangkat bersama pun mulai berbisik-bisik membuat Cakra yang baru saja turun dari motor Devan melihat ke arah mereka semua.
"Ayo, lo mau di sini aja?" Ajakan Devan berhasil membuyarkan lamunan Cakra, dia bahkan tidak sadar jika helm yang dipakainya sudah dilepas oleh Devan.
"Gue anter ke kelas."
"Tapi--"
"Ayo." Sebelum melanjutkan perkataannya, Cakra sudah lebih dulu ditarik oleh Devan agar cepat sampai ke kelas. Demi apapun, telinga Devan terasa panas mendengar bisikan-bisikan mereka.
"Cakra!" Panggilan seseorang dari arah gerbang depan berhasil menghentikan langkah kaki Cakra.
"Naufal!" Cakra tersenyum sumringah mendapati sahabatnya yang memanggil.
"Ayo! Ke kelasnya bareng," ucap Naufal berjalan di samping Cakra.
Namun, langkah Naufal terhenti saat merasa ada yang mengikuti mereka di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES (Terbit)
Teen FictionTersedia di shopee Penerbit.LovRinzOfficial (Belum di revisi) ___________________ Ini adalah kisah dari Cakra, seorang remaja yang baru saja bertemu dengan ayahnya setelah sekian lama, bukan hanya sang ayah, tetapi dia juga bertemu dengan anak dan i...