42

10.9K 1.2K 30
                                    

Happy reading...



Malam ini, Cakra sedang duduk di atas kasur yang berada di kamarnya, Cakra  membantu Devan yang sedang menghitung jumlah burung bangau yang berhasil Devan buat. Cakra sendiri sudah kembali lagi ke setelan awal alias mulai ceria kembali setelah pulang dari sekolah dan bertemu dengan teman-temannya tadi siang.

"Dua puluh lima, dua puluh enam, dua puluh tujuh, tiga puluh ..."

Devan serta David yang mendengar itu langsung menoleh dan melihat Cakra yang masih menghitung burung bangau itu tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Mata kau tiga puluh! Abis dua puluh tujuh, ya dua puluh delapan!" seru Devan membuat Cakra langsung menghentikan hitungannya.

"Ish ... Abang berisik deh, Cakra jadi lupa!"

"Biarin lupa, biar ngulang dari awal!"

"Nyebelin!"

"Satu, dua, tiga ..." Cakra memilih mengulang hitungannya lagi membuat David terkekeh mendengarnya.

"Lima belas, delapan belas, dua puluh..."

"Lo kalo emang ga niat bantu ngitung udah, mending diem aja," ujar Devan kembali membuat Cakra menatap sekilas lalu tetap melanjutkan kembali hitungannya. Devan yang melihat itu ingin berteriak kesal sedangkan David hanya tertawa melihat wajah kesal Devan yang memerah.

"Kenapa sih?" tanya Sofia yang baru saja datang dengan segelas air putih dan beberapa obat yang harus Cakra minum.

"Gatau, abang aneh."

"Sabar Devan sabar," gumam Devan dengan tangan yang mengelus dada nya.

"Nih ada empat puluh sembilan," ujar Cakra menyerahkan burung bangau yang sudah selesai dia hitung.

Devan menggeleng. "Ga percaya gue."

"Tuh kan, Abang tuh ga pernah  bersyukur deh, orang udah dibantuin bukannya bilang makasih malah bilang ga percaya!"

"Yaudah iya, makasih Cakra ku," ujar Devan dengan senyum paksa yang diperlihatkan.

Sofia yang melihat itu tertawa kecil lalu menyerahkan beberapa obat kepada Cakra yang langsung diminum olehnya.

"Huek..." Sofia yang melihat Cakra mual pun langsung mengelus punggung anaknya, Cakra memang seperti itu setelah meminum obat, dia akan merasa mual dan merasa seluruh makanan yang dia makan ingin dikeluarkan.

David pernah bertanya kepada Antonio dan Antonio menjawab bahwa itu hal yang biasa, Cakra sudah terlalu banyak meminum jenis obat dan itu salah satu dari reaksi lambungnya, jadi Antonio menyuruh agar David tidak terlalu khawatir.

"Masih mual?" tanya Sofia yang mendapat gelengan kepala dari Cakra.

"Besok Ayah mau ambil hasil MRI, adek mau ikut?" tanya David membuat Cakra menoleh dan menganggukkan kepalanya pelan lalu kembali meminum segelas air hangat yang Sofia berikan, setelahnya dia memberikan gelas yang sudah kosong itu kepada Sofia.

"Makasih Mamah."

"Sama-sama," balas Sofia, tak lupa tangannya mengelus surai halus milik Cakra.

"Ayah?" panggil Cakra membuat David langsung menatap lekat ke arahnya.

"Hm, kenapa?"

"Lusa ke pantai ya," Ajak Cakra dengan antusias. David yang mendapat pertanyaan itu menatap ke arah Sofia yang dibalas anggukan kepala begitu juga dengan Devan yang ikut menganggukkan kepalanya ketika David menatapnya.

"Boleh, lusa kita ke pantai."

"Beneran?"

"Iyaa. Sekarang Cakra tidur karena besok kita harus ke rumah sakit ketemu sama om Anton," ucap David.

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang