39

12.1K 1.2K 31
                                    

Happy reading...




Pagi ini David sedang memeriksa beberapa file yang masuk ke dalam email-nya, sebelum nanti dia pergi ke sekolah untuk mengambil raport milik Cakra dan Devan. Devan sendiri sudah berangkat lebih dulu karena ada satu hal yang harus dia lakukan.

Cakra yang sedang memakan buburnya dibantu oleh Sofia sesekali melirik ke arah David membuat Sofia gemas sendiri, dia tahu anak itu pasti menginginkan sesuatu,  tetapi tidak berani untuk mengungkapkannya.

"Kenapa?" tanya Sofia membuat Cakra menatap ke arahnya.

"Cakra boleh ikut ayah?" tanya Cakra pelan membuat Sofia terdiam ketika melihat matanya. Mata itu sudah tidak seperti dulu, mata Cakra yang dulu selalu berbinar ketika menginginkan sesuatu atau berubah sinis ketika melihat atau mendengar yang tidak dia sukai, tetapi sekarang mata itu hanya akan menatap dengan sayu, bahkan wajah yang selalu menunjukkan berbagai macam ekspresi itu sekarang perlahan mulai menghilang, walaupun terkadang Cakra masih tetap tersenyum, namun senyuman itu sangat berbeda seperti biasanya.

"Tanya sama ayah, boleh ga, gitu."

Cakra menatap David. "Ayah?" tanya Cakra pelan membuat David yang sedang memeriksa file-nya langsung berhenti dan mendekati Cakra.

"Kenapa? Butuh sesuatu?"

David mengelus rambut Cakra yang sudah mulai panjang.

"Cakra mau ikut, boleh?"

David terdiam melihat wajah Cakra yang masih tampak pucat. "Kenapa mau ikut? Ayah cuma sebentar, nanti juga balik lagi."

Cakra menundukkan kepala, memainkan jari-jemarinya. "Cakra mau ketemu sama teman-teman."

David hanya menghela napas. "Nanti Ayah minta teman-teman Cakra buat datang kesini aja, gimana?"

Cakra terdiam membuat David menghela napasnya kembali, kemudian menatap ke arah Sofia yang tengah menganggukkan kepalanya.

"Nanti Ayah tanya om dulu, ya?"

Mendengar itu, Cakra tersenyum mengangkat kepalanya. "Beneran?"

Ah, David merindukan binar di mata anaknya sekarang, setiap kali bertanya untuk memastikan sesuatu anak itu akan menunjukkan raut wajah senang dengan mata yang berbinar, tetapi itu dulu karena yang ada sekarang hanya kekosongan, Cakra sudah kesulitan bahkan untuk mengatur emosinya sendiri.

"Tunggu sebentar ya," ucapnya dengan tangan mengelus kembali surai Cakra, kemudian berjalan keluar untuk menemui Antonio.

"Ayo, makan lagi," ujar Sofia setelah kepergian David.

"Cakra kenyang."

"Adek baru makan dikit loh, nanti kalo makannya ga habis ga boleh ikut sama ayah, emang mau?"

Cakra yang mendengar itu menggelengkan kepalanya pelan.

"Habisin, ya?" Cakra dengan pelan membuka mulutnya kembali membuat Sofia langsung menyuapinya.

"Pinternya anak mamah."

Tak lama kemudian, David datang dengan Antonio yang berada di belakangnya.

Seperti biasa, Antonio selalu menyapanya dengan ceria. "Wah lagi makan nih?"

"Cakra boleh ikut ayah kan, Om?" tanya Cakra langsung saat melihat Antonio yang datang mendekatinya.

"Om periksa dulu, ya."

Cakra tersenyum lalu menganggukkan kepala, David yang melihat senyuman Cakra ikut tersenyum juga. Dia yakin jika anak itu sehat kembali dan kepala itu akan mengangguk dengan cepat membuat rambutnya itu bergerak-gerak kembali.

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang