Happy reading
Devan memasuki rumahnya setelah tadi sempat singgah di rumah Aletta untuk menemani ayah Aletta bermain catur dan makan malam. Devan juga sudah meminta izin kepada Sofia, jadi itu tidak akan menjadi masalah jika Devan pulang terlambat sekarang.
Saat melewati ruang keluarga, Devan melihat David yang sedang melipat kertas origami dan Sofia yang seperti sedang mengajarinya.
"Baru pulang, Dev?" tanya Sofia saat melihat Devan yang baru saja lewat, Devan yang mendengar suara Sofia menghentikan langkah dan memilih berjalan menuju kedua orang tuanya.
"Nih, pesanan Mamah," ucap Devan mengulurkan satu kantung kresek berisi sunscreen dan lotion.
"Tolong anterin ke Cakra ya, itu punya Cakra soalnya." Sofia berucap penuh harap kepada Devan.
"Ck, ga ah Mamah aja," ucap Devan kesal karena Sofia tak kunjung mengambil barang titipannya.
"Tolonglah Dev, Mamah lagi ngajarin papah kamu, nih." Sofia menunjuk David yang sedang fokus pada kertas origaminya.
"Lagian ngapain sih belajar gituan, ga penting, lagian udah tua juga," cibir Devan menatap David sinis.
David yang merasa tersindir pun akhirnya mendongak menatap Devan yang berdiri di hadapannya.
"Papah lagi dapet PR dari adik kamu, loh. Dah sana, jangan ganggu orang tua lagi belajar, ganggu orang lagi berduaan aja kamu." David mengimbas-ngibaskan tangannya, bermaksud membuat Devan pergi.
Devan yang melihat kelakuan dari papahnya semakin kesal, dan berjalan menuju lantai atas. Sedangkan Sofia dan David ber- tos ria saat melihat wajah Devan yang kesal tapi tetap melaksanakan permintaan dari orang tuanya.
Devan yang sudah berada di lantai atas pun menatap kamar yang berada di hadapannya. Pintu kamar itu terbuka sehingga Devan masih bisa melihat Cakra yang sedang mengolesi lotion ke lengannya. Devan dibuat bertanya-tanya, kenapa dengan anak itu? Apa dia terluka? Devan memejamkan mata dan menggeleng saat pemikiran itu tiba-tiba saja datang.
"Kenapa?"
Devan tersentak mendengar suara seseorang yang kini berada di hadapannya. Yah, tiba-tiba saja Cakra sudah berada di hadapannya saat ini, apa dia melamun terlalu lama sampai tidak menyadari Cakra yang sekarang sudah berdiri di hadapannya?
"Nih, dari mamah" ucap Devan lalu menyerahkan sekantung plastik itu kepada Cakra dengan kasar membuat Cakra langsung mendekap kantung plastik itu erat agar tidak jatuh.
Setelah menyerahkan itu Devan langsung berbalik dan melangkahkan kakinya menuju ke kamar nya sendiri.
"Terimakasih Abang!"
Devan yang mendengar teriakan itu tersenyum kecut, lalu masuk ke kamar dan menutup pintunya rapat. Sedangkan Cakra hanya tersenyum ketika melihat pintu kamar itu kembali tertutup.
Keesokan harinya ....
Keluarga Mahardika baru saja menyelesaikan sarapan, Cakra seperti biasa sedang memakan pisang sedangkan Devan meminum susu di gelasnya. David sudah berangkat karena ada rapat penting yang harus dia pimpin pagi ini.
"Cakra berangkatnya sama abang, ya." Cakra yang mendengar ucapan dari Sofia memelankan kunyahannya dan melirik ke arah Devan yang sedang menatapnya tajam.
"Ga," ujar Devan singkat.
"Jangan gitu Dev, Mamah harus ke toko roti sekarang karena ada pesanan besar yang harus diurus" ucap Sofia. Sofia memang mempunyai toko roti, toko itu dibuat hanya untuk mengisi waktu luangnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES (Terbit)
Teen FictionTersedia di shopee Penerbit.LovRinzOfficial (Belum di revisi) ___________________ Ini adalah kisah dari Cakra, seorang remaja yang baru saja bertemu dengan ayahnya setelah sekian lama, bukan hanya sang ayah, tetapi dia juga bertemu dengan anak dan i...